Contacts

92 Bowery St., NY 10013

+1 800 123 456 789

Kategori: Blog

Tips Agar Anak Rajin Baca Al Quran Selama Bulan Ramadhan, Bagaimana?

LAZISWAF AL HILAL – Menurut Penghafal Al-Quran serta Pendiri Majelis Taklim dan Rumah Tahsin Baytut Tarbiyah, Sri Vira Chandra, S.S., M.A, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membiasakan anak membaca Al-Quran di bulan Ramadhan. Berikut caranya:

  • Kenalkan Al-Quran

Sebelum mengajak anak untuk membaca Al-Quran, coba berikan penjelasan kenapa membaca Al-Quran itu perlu dan juga penting. Misalnya saja, selain mendapatkan pahala dari Allah SWT, membaca Al-Quran bisa membuat hati tenang dan damai.

Nah, agar si kecil mudah memahami apa yang Anda jelaskan, berikanlah tontonan video yang menarik dan sesuai dengan usianya. Tujuannya, agar anak semakin termotivasi untuk membaca Al-Quran.

  • Beri Contoh

Children see, children do. Begitu katanya. Ya, anak adalah peniru ulung, sehingga ia mungkin akan sering meniru perkataan atau tingkah laku orang tuanya di rumah. Jadi manfaatkan agar anak mau meniru tingkah laku baik yang sering Anda lakukan. Salah satunya dengan rutin membaca Al-Quran di depan si kecil.

Selain mencontohkan di depan anak, Anda juga membiasakan si kecil dengan mengajaknya tadarus bersama setelah salat Magrib atau salat Subuh. Mulailah dari hal yang paling mudah, yaitu mengenalkan anak pada huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya terlebih dahulu. Ulangi pembelajaran secara rutin dan juga bertahap.

  • Berikan Apresiasi

Ummi Vira mengatakan bahwa bila anak Anda belum balig, maka tak ada salahnya memberikan si kecil reward atau apresiasi agar ia semangat belajar membaca Al-Quran. Tak perlu dalam bentuk materi, melainkan bisa dengan pujian atau memberikan makanan kesukaannya.

  • Doakan Anak

Terakhir, jangan pernah berhenti untuk mendoakan anak, Moms. Selain berusaha untuk membiasakan si kecil membaca Al-Quran di bulan Ramadhan, Anda juga perlu berdoa, agar usaha yang Anda lakukan membuahkan hasil yang baik.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Empat Makna Zakat

LAZISWAF AL HILAL – Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Seperti yang kita ketahui, zakat diisyarakan kepada umat muslim dengan cara mengeluarkan sejumlah harta yang dimiliki, dan tentu, ada nisab terkait harta yang dikeluarkan untuk zakat. Sahabat Al Hilal, tujuan dari zakat pun telah disampaikan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam QS. At-Taubah ayat 103, yang berbunyi.

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS At Taubah: 103).

Dalam ayat tersebut disebutkan, tujuan dari zakat adalah untuk membersihkan dan mensucikan diri kita. Tetapi, apakah sahabat Al Hilal mengetahui makna dari zakat itu sendiri? Dilansir dari berbagai sumber salah satunya Buku Fiqih Zakat, Sedekah, dan Wakaf , zakat memiliki beragam makna, diantaranya adalah:

  1. At Tahuru

Artinya membersihkan atau mensucikan. Sahabat Al Hilal, menurut Abu Hasan Al Wahidi, orang yang selalu menunaikan zakat karna Allah SWT dan bukan untuk manusia, maka zakat yang akan ia keluarkan akan disucikan dan dibersihkan oleh Allah SWT baik itu hartanya maupun jiwanya.

  • Al Baraktu

Berkah. Orang yang selalu membayar zakat, maka InsyaAllah hartanya akan melimpah akan keberkahan. Hal ini dikarenakan keberkahan hidup dari harta yang digunakan adalah harta yang bersih dan sudah dibersihkan dari kotoran lewat zakat.

  • An Numuw

Tumbuh dan berkembang. Makna ini menunjukkan bahwa orang yang selalu membayar zakat, maka InsyaAllah hartanya senantiasa akan tumbuh dan berkembang, seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist.

“Sesungguhnya harta yang dikeluarkan zakatnya tidaklah berkurang, melainkan bertambah dan bertambah.”

  • As Shalalhu

InsyaAllah, orang yang selalu menunaikan zakat, maka harta yang ia miliki akan semakin baik, tidak bermasalah dan InsyaAllah akan terhindar dari masalah.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Hati-Hati Yang Berpuasa Pun Bisa Bangkrut Di Akhirat!

LAZISWAF AL HILAL – Apa itu bangkrut? Sebagai manusia tentu kita mendengar kata bangkrut sebagai sesuatu yang amat memilukan. Bangkrut berarti kehabisan materi, kehabisan harta benda, dan kehilangan sesuatu yang berarti di hidup kita. Karena takut hal itu terjadi di kehidupan, kita sebagai manusia pun akan terus berusaha agar materi dan harta yang kita miliki terus terjaga. Tetapi, apakah kita memiliki rasa yang sama ketika kita hal itu terjadi di akhirat kelak?

Sahabat Al Hilal, orang yang bangkrut atau disebut muflis, menurut Rasulullah SAW adalah orang yang di akhirat kelak akan membawa seluruh amalan dan pahalanya, termasuk pagala puasa dan pahala sholatnya. Tetapi, karena saat di dunia orang tersebut banyak menzalimi orang lain dan tidak dapat menjaga lisannya, maka pahala yang telah ia kumpulkan untuk akhirat kelak akan terbuang sia-sia. Sungguh menakutkan bukan?

Bahkan, Rasulullah SAW pun telah berpesan kepada umat-Nya dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dalam HR. Muslim bahwa ketika kita mencela saudara kita, maka pahala-pahala amalnya akan dipindahkan kepada orang-orang yang telah kita zalimi. Dalam hadist tersebut Rasulullah SAW bersabda,

“Jika pahala amalnya habis, dosa-dosa orang-orang yang ia zalimi akan dipindahkan dan dibebankan kepada dirinya.” (HR. Muslim)

Sahabat Al Hilal, semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi ya! InsyaAllah ketika kita dapat menjaga lisan, maka Allah SWT tidak akan mengambil tabungan yang telah kita kumpulkan untuk akhirat kelak. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Umar bun Abdul Aziz ra pernah berkata,

قائم الليل وصائم النهار ، إن لم يحفظ لسانه أفلس يوم القيامة

“Orang yang biasa melakukan salat malam dan biasa berpuasa pada siang hari jika tidak bisa menjaga lisannya akan bangkrut pada Hari Kiamat.” (Ibnu Abdil Barr, At-Tamhid).

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Pesantren Al Hilal Copyright Picture

Ketika Sholat Menjadi Hal yang Disenangi

LAZISWAF AL HILAL – Menajadikan shalat sebagai suatu kebutuhan kita sebagai umat Muslim untuk menggapi keridhoan Allah SWT memang lah suatu kewajiban. Tetapi, apakah sahabat mengetahui bahwa di waktu kita melaksanakan Shalat adalah suatu pertemuan yang dapat kita lakukan dengan Allah SWT, maka itu adalah salah satu cara kita untuk tidak pernah lalai dalam mengerjakannya. Melakukan shalat pada waktunya, dan tidak menundanya, maka Allah SWT tak akan pernah menunda kebaikan yang akan Ia berikan untuk hamba-Nya.

Sahabat Al Hilal, seperti yang kita ketahui, siapapun hamba yang menjaga hubungan baiknya dengan Allah SWT, maka saat itu pula Allah SWT akan lebih menjaga hubungan-Nya degan hamba yang dicintai oleh-Nya.

Seperti yang telah disebutkan, InsyaAllah ketika kita menganggap Shalat adalah cara kita untuk bertemu dengan Allah SWT, pertemuan yang dimana di dalamnya kita bisa bermunajat kepada Allah SWT tanpa ada Batasan, maka saat itu pula waktu yang kita gunakan untuk melaksnakan pertemuan dengan Allah SWT akan lebih lama.

Mungkin, apabila kita anggap Shalat hanyalah sebagai penggugur kewajiban, maka dalam mengerjakannya pun kita akan terburu-buru, tidak khusyu, dan tidak dengan kenikmatan atas sholat yang telah kita kerjakan.

Sudahkah melaksanakan sholat menjadi hal yang disenangi? Dilansir dari sumber, ketika kita menganggap Shalat itu sebagai keseriusnya kita dalam bersyukur dan memberikan penghormatan tertinggi kepada penguasa alam semesta Allah SWT, karena dengan demikian maka tentu kita tidak akan pernah menunda-nunda untuk menunaikannya. Wallahu’alam bishwab…

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Pesantren Al Hilal Copyright Picture

Menggapai Lailatul Qadar

LAZISWAF AL HILAL – Apa itu Lailatul Qadar? Ya, malam-malam yang istimewa di bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat satu malam melebihi malam seribu bulan.

Seperti yang kita ketahui, Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang telah Allah SWT sampaikan dalam firman-Nya dalam QS. Al Qadr ayat 1 sampai 5, yang artinya.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu? Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”

(QS. Al-Qadr: 1-5)

Tahukah sahabat Al Hilal, bahwa waktu terjadinya malam Lailatul Qadar pun telah diriwayatkan oleh Rasulullah SAW dalam hadist Bukhari, Muslim.

Dalam hadist yang diriwayatkan, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Dilansir dari berbagai sumber, Kitab Fiqh Ramadhan menyebutkan bahwa pendapat tersebut merupakan pendapat yang paling kuat berdasarkan hadist tersebut.

Ibunda Aisyah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda:

“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh tidak banyak seorang muslim yang berkesempatan mendapatkan Lailatul Qodar, lantas bagaimana mencari malam Lailatul Qadar agar bertemu dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan ini?

Rasulullah SAW selalu memperbanyak berdoa pada malam-malam tersebut, serta melakukan qiyam pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT.

“Barangsiapa melakukan qiyam (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Sahabat Al Hilal, mungkin Allah SWT telah memberikan tanda-tanda malam Lailatul Qadar kepada hamba-Nya, hanya saja terkadang seorang hamba tidak menyadari akan datangnya Lailatul Qadar.

Tahukah sahabat Al Hilal bahwa salah satu tanda datangnya Laulatul Qadar adalah matahari? Matahari yang tidak menyilaukan, indah, dan cerah. Diriwayatkan dalam HR. Muslim, Rasulullah SAW berkata.

“Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.”

(HR. Muslim)

Mari menggapai malam yang lebih mulia dari 1000 bulan bersama-sama!

“Carilah di sepuluh hari terakhir, jika seorang dari kamu merasa lemah atau tidak mampu maka janganlah sampai terluput tujuh hari sisanya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Apakah Zuhud Berarti Miskin?

LAZ AL HILAL – Apakah zuhud adalah miskin? Tentu tidak, al Hasan al Bashri menjawab salah satu pertanyaan yang ia jawab dari salah seorang yang bertanya kepadanya. “Siapakah itu orang yang zuhud?” mendengar pertayaan tersebut, al Hasan al Bashri pun menjawab, “Orang yang zuhud adalah seorang yang berjumpa dengan seseorang maka dia berkata di dalam hatinya bahwa orang ini lebih baik dari pada dirinya”.

Sahabat Al Hilal, terkadang kita sering menjumpai ada seseorang yang memiliki harta yang sangat banyak tetapi jika berkurang dia tidak terpengaruh, makan tetap terasa nikmat, tidur pun masih terasa nyenyak. Tetapi sebaliknya, jika harta bertambah banyak maka kita pun merasa kurang gembira karna harta tersebut.

Sebagai manusia, kita harus selalu ingat bahwa harta hanyalah titipan, harta hanya ada di tangannya yang kemudian dia pergunakan untuk hal yang bermanfaat di akhirat. Sungguh, semakin bertambahnya harta maka pertanggung jawaban di akhirat pun semakin banyak. Wallahu’alam bishawab.

Tentu hal terpenting yang tidak dipahami oleh banyak orang adalah terkadang kita menjumpai anggapan bahwa zuhud adalah meninggalkan harta dan meninggalkan nikmat dunia yang bisa memberikan manfaat di akhirat kelak.

Bila kita melihat penjelasan berharga yang disampaikan oleh al Hasan ak Bashri, orang zuhud itu manakala berjumpa dengan seorang muslim maka dia berprasangka bahwa orang tersebut lebih baik dari pada dirinya di sisi Allah. Artinya dia tidaklah peduli dengan dunia, merasa hina di sisi Allah dan tidak sombong terhadap sesama. Hal ini hanya terjadi pada seorang yang mendapatkan anugrah dari Allah sehingga dia isi hatinya dengan merindukan akherat dan menghindari ketergantungan dengan dunia.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa zuhud itu bukanlah kemiskinan, bukan pula meninggalkan harta. Tetapi, zuhud yang haqiqi terdapat dalam hati dengan tergantungnya hati dengan akherat dan menjauhi serta jaga jarak dengan dunia. Orang yang zuhud menyikapi dunia dengan status hanya sekedar di tangan, bukan di hatinya. Sehingga semua aktivitasnya dia niatkan agar memberikan manfaat di akhirat kelak.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Mengenal Turunnya Al Quran Dalam Momentum Nuzulul Quran

LAZ AL HILAL – Bulan Ramadhan yang sedang kita jalani merupakan bulan yang teramat istimewa. Betapa tidak, di bulan ini pula Al Quran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW sebagai mukjizat hadir di dunia. Tahukah sahabat Al Hilal, Ramadhan pun disebut dengan Syahrul Quran? Berbagai acara yang dilaksanakan oleh masyarakat di Indonesia hadir untuk memperingati turunnya Al Quran di muka bumi.

Terlepas dari acara yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk memperingati turunnya Al Quran, yang terpenting bagi kita adalah bagaimana dapat memahami secara umum tentang proses turunnya Al Quran bagi umat muslim, agar ilmu yang kita dapatkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berbicara tentang turunnya Al Quran ke muka bumi untuk ummat Islam pun telah Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya. Terdapat beberapa ayat yang saling berkaitan dan menjelaskan turunnya Al Quran. Salah satunya yaitu QS. Al Baqarah ayat 185,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Al-Baqarah:185).

Lantas, kapan Al Quran diturunkan ke Dunia?

Di Indonesia, pada umumnya peringatan Nuzulul Quran diperingati setiap malam ke 17 Ramadhan. Tetapi, jika kita lihat sejarahnya, Al Quran diturunkan pada bulan Ramadhan di hari Senin? Mangapa demikian? Para ulama menyebutkan, bahwa diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah pada hari Senin dan pada hari itu pula wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pun ada pada hari Senin.

Diriwayatkan dalam Hadist Muslim, Rasulullah SAW bersabda

“Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku.” (HR. Muslim).

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Makna Kaya Dan Miskin Yang Sebenarnya

LAZ AL HILAL – Kekayaan sudah sering dijadikan sebagai tolak ukur kebahagiaan seseorang di dunia. Tentu, kesempitan harta sering disebut sebagai kemiskinan bagi kebanyakan masunia di dunia. Sahabat Al Hilal, padahal ketika kita berkaca pada Rasulullah SAW SAW dan para sahabat, ternyata kekayaan yang hakiki itu bukan terletak pada harta dan materi yang melimpah saja loh!

Padahal kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya meniru bagaimana cara Rasulullah SAW dan para sahabat-Nya dalam menyikapi harta dan kekayaan yang ada di dunia, atau harta duniawi. Diceritakan dalam hadist yang diriwayatkan dalam HR. Ibnu Majah, Khubeib bin Adi RA berkata, “Kami sedang berada di suatu majelis, tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan di kepalanya terdapat bekas air.” Sebagian dari kami berkata, “Kami melihat engkau berjiwa tenang.”

Beliau menjawab, “Ya, alhamdulillah.” Kemudian orang-orang berdiskusi panjang lebar tentang hakikat kekayaan. Maka, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak mengapa kekayaan itu bagi orang bertakwa dan kesehatan bagi orang bertakwa lebih baik dari kekayaan, sedangan kenyamanan dan kekayaan jiwa termasuk dalam kenikmatan,” (HR Ibnu Majah).

Sahabat Al Hilal, bukankah kemiskinan hati merupakan penyakit yang paling berbahaya bagi kita semagai seorang manusia? Terkadang orang yang miskin hati bisa mengumpulkan harta tanpa memperdulikan hal yang haram atau haram. Bahkan sahabat dari Rasulullah SAW pun dapat kita teladani sebagai orang-orang yang kaya akan jiwa. Bahkan mereka dapat meletakkan harta di tangan bukan di hati, karena mereka tidak ragu untuk memberikan hartanya untuk fi sabilillah.

Seperti yang diriwayatkan dalam dalam hadist yang diriwayatkan dalam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda,

“Pemilik dunia adalah orang yang memiliki tiga kriteria; hidup tenteram dan aman di tengah masyarakatnya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan cukup untuk sehari itu.” (HR Tirmidzi).

Bila Allah SWT menghendaki kebaikan kepada seseorang maka dijadikanlah kekayaan jiwanya dan ketakwaannya berada di hatinya dan bila Allah menghendaki keburukan pada seseorang maka dijadikanlah kemiskinan itu berada di pelupuk matanya. Karena InsyaAllah orang yang lebih memilih kaya hatinya, maka kebahagiaan di dunia dan akhiratnya pun akan dijamin oleh Allah SWT.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Raih Ketenangan Dengan “Alhamdulillah”

alhamdulillah

Mengucapkan kalimat “Alhamdulillah” ketika mendapatkan suatu kabar baik atau ketika mendapatkan nikmat adalah suatu anjuran.

Ketika kita mengucapkan kalimat tersebut, menunjukkan bahwa kita bersyukur atas segala nikmat, rizki, dan kabar baik yang kita terima, kepada Allah SWT.

Ucapan syukur ini bukan hanya sekadar sebuah ungkapan, namun banyak manfaat di dalamnya yang bisa kita rasakan sebagai umat Islam. Bahkan dalam ayat Al-Qur’an QS. Ibrahim ayat 7 Allah SWT juga telah berfirman yang artinya,

“Dan jika kalian manusia mau bersyukur atas nikmat yang telah aku berikan kepada kalian maka niscaya aku akan menambah nikmat yang telah aku berikan kepada kalian, dan jika kalian kufur (tidak mau bersyukur) maka ketahuilah niscaya siksa ku itu pedih.”

(Q.S. Ibrahim: 7)

Selain janji yang Allah SWT sampaikan dalam ayat tersebut, ucapan “Alhamdulillah” pun memiliki beberapa manfaat lainnya.

Berikut ini, merdeka.com rangkum dari beberapa sumber, manfaat ucapan hamdalah dalam hidup seorang muslim. Salah satu manfaat ketika kita mengucapkan “Alhamdulillah” adalah sebaik-baiknya perkataan yang Allah SWT pilihkan untuk hamba-Nya.

Bahkan hal tersebut pun diriwayatkan dalam sebuah HR. Ahmadh. Dalam hadist tersebut, Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah memilih empat perkataan, yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, dan allahu akbar. Barangsiapa mengucapkan “Subhanallah” maka akan dituliskan untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa mengucapkan “Allahu Akbar” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Barangsiapa mengucapkan “Laa ilaaha illallah” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Dan barangsiapa mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin” dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapuskan darinya tiga puluh kesalahan.”

(HR. Ahmad)

Sahabat Al Hilal, ketika kita mengucapkan alhamdulillah dengan ikhlas karena Allah SWT, berarti orang tersebut telah memuji Allah SWT.

Dan Allah SWT pun akan memberikan pahala kepada orang tersebut. Jika orang tersebut mengucapkan alhamdulilah yang kedua kali, maka Allah SWT akan menambah lagi pahala baru untuk orang tersebut.

Sering kita rasakan, ketika mengucapkan “Alhamdulillah” maka ketenangan pun menghampiri kita. Mengapa demikian? Karena dengan mengucapkan kalimat hamdalah, hati kita akan qana’ah (menerima dengan lapang dada) atas apa yang diberikan Allah SWT kepada kita.

Pikiran kita akan selalu positif dengan setiap ketentuan dan takdir yang telah Allah SWT tetapkan.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallah dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah.”

(HR. Hasan)

Hati-Hati Ini Dampak Buruk Makan Makanan Haram!

memakan makanan haram

Islam telah memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Islam pun memberikan pelajaran berharga seperti bagaimana kita seharusnya bersikap, bagaimana kita harus bersikap di setiap hembusan nafas.

Tak terkecuali bagaimana Islam mengatur umat-Nya dalam memilah dan memilih makanan.

Makanan yang Halal sangat dianjurkan bagi umat, dan makanan yang Haram yang dianjurkan untuk dijauhkan bahkan tidak boleh dimakan untuk umat Islam.

Sahabat Al Hilal, tahukah dampak yang dirasakan apabila kita makan makanan yang haram? Oleh sebab itu, sebagai Muslim kita harus lebih berhati-hati dalam memilih makanan.

Ada beberapa hal yang dapat kita rasakan ketika makan makanan yang haram. Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, inilah akibat dari kita makan makanan haram.

  1. Doa Sulit Terkabulkan

Dilansir dari postingan akun instagram @kulinermuslim.id dijelaskan bahwa salah satu dampak dari makanan haram adalah doa tidak terkabulkan.

Sahabt Al Hilal, Orang yang makan-makanan haram doanya tidak didengar dan tidak dikabulkan Allah SWT. Naudzubillah

  1. Makanan Haram Juga Merusak Hati Dan Akal Seseorang

Makanan sangat berdampak besar bagi tubuh. Apabila kita makanan halal dan baik, maka tubuh kita juga akan sehat. Namun, begitu juga saat kita makan-makanan haram, maka bisa merusak hati, bahkan amalannya tidak diterima.

  1. Makan-Makanan Haram Termasuk Salah Satu Perbuatan Menzalimi Diri Sendiri.

Tahukah sahabat Al Hilal, jika kita Makan-Makanan Haram Termasuk Salah Satu Perbuatan Menzalimi Diri Sendiri? Seperti yang diketahui, makanan diharamkan karena ada penyebabnya.

Maka dari itu, kita sebagai umat muslim, harus senantiasa memastikan makanan yang kita makan terbuat dari bahan yang halal dan kita mendapatkan makanan tersebut dengan cara yang halal juga.

Nah itulah beberapa hal yang dapat merusak kita, sahabat Al Hilal semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari hal yang merusak amalan kita ya! Aamiin Ya Rabbal Alamin.

×