Contacts

92 Bowery St., NY 10013

thepascal@mail.com

+1 800 123 456 789

Kategori: Blog

Ayo Berqurban Bersama Kami di Pelosok Negri Indonesia

Qurban di kota? Sudah yakin daging hasil kurban didistribusikan dengan tepat ? Di kota, satu masjid bisa terdapat 10 bahkan lebih hewan qurban. Sedangkan di desa ? 1 masjid kurang dari 3 hewan qurban bahkan sampai ada yang tidak ada hewan qurban satupun. Sebenarnya sama baiknya berqurban di kota maupun di disa, namun untuk sekarang sekarang di kota terutama komplek komplek banyak sekali kejadian 1 masjid bisa terdapat 10 hewan qurban bahkan lebih dan daging hasil kurban didistribusikan hanya untuk warga sekitar masjid tersebut saja, satu rumah bisa mendapat daging qurban sampai 3 kresek lebih. Bagaimana dengan yang di desa dan pelosok ? satu masjid hanya terdapat 3 ekor hewan qurban bahkan ada yang tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, Kami dari Al-Hilal mengajak kepada orang-orang yang baik hati dan suka menabung untuk berqurban bersama kami untuk pelosok negri dan papua.

Qurban di Ujung Negeri Untuk Anak Yatim dan Papua

InsyaAllah, LAZ al-Hilal akan mengadakan Pemotongan Hewan Qurban di Kabupaten Keerom Papua. Semoga kita diberikan kemampuan oleh Allah bisa berkurban tahun Ini Aamiin …

Mengapa Harus Qurban di Pelosok Pedesaan Bersama al-Hilal ?

1. Distribusi hewan kurban sampai ke wilayah yang jarang menikmati daging bahkan saat kurban sekalipun. salah satunya di pedalaman papua, Sedangkan di kota-kota besar hewan kurban cukup melimpah. Di setiap RT masjid bahkan mushola RT selalu ada penyembilahan hewan kurban 2. Hewan kurban didistribusikan juga sampai daerah perbatasan Indonesia dan Papua Nugini. Jadi berkurban itu tidak sesempit komplek rumah kita, tapi melintasi berbagai pulau 3. Kurban juga bisa dirasakan oleh saudara kita yang menjadi minoritas muslim. Hewan kurban yang kita kirimkan untuk mereka seoalah menyampaikan pesan bahwa mereka masih punya saudara. Sehingga nuansa hari raya dirasakan juga oleh mereka. Ribuan kilometer jarak dari Ibu Kota Jakarta. Bukan di luar negeri, tapi masih di Indonesia, Tanah Papua.

Ayo Berqurban Bersama Kami di Pelosok Negri !!! Klik Tombol Dibawah ini Untuk Ikut Berpartisipasi

Klik Disini

 

Zakat Profesi: Zakat yang Wajib Dikeluarkan Dari Penghasilan / Pendapatan

Zakat Profesi: Zakat yang Wajib Dikeluarkan Dari Penghasilan / Pendapatan

Zakat Profesi, Zakat yang Dikeluarkan Atas Harta yang Berasal dari Pendapatan / Penghasilan

Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi tersebut misalnya pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.

Latar Belakang Zakat Penghasilan / Pendapatan

Adapun orang orang yang mensyariatkan zakat profesi memiliki alasan sebagai berikut: Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian, peternakan dan perdagangan, sumber pendapatan dari profesi tidak banyak dikenal pada masa generasi terdahulu. Oleh karena itu pembahasan mengenai tipe zakat profesi tidak dapat dijumpai dengan tingkat kedetilan yang setara dengan tipe zakat yang lain. Namun bukan berarti pendapatan dari hasil profesi terbebas dari zakat, karena zakat secara hakikatnya adalah pungutan terhadap kekayaan golongan yang memiliki kelebihan harta untuk diberikan kepada golongan yang membutuhkan.

Referensi dari Al Qur’an mengenai hal ini dapat ditemui pada surat Al Baqarah ayat 267:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”

Cara Mengeluarkan Zakat Pendapatan / Penghasilan

Para ulama berbeda pendapat tentang cara mengeluarkan zakat profesi, dalam modul edukasi ini kami menyebutkan satu pendapat saja yang kami pilih, yaitu dengan menggunakan analogi kemiripan (Qiyas Syibih).

  1. Menganalogikan nisab zakat penghasilan kepada zakat hasil pertanian. Karena model memperoleh harta penghasilan mirip dengan panen dari hasil pertanian. Nisabnya senilai 653 kg beras.
  2. Sedangkan kadarnya dianalogikan kepada zakat emas atau zakat uang sebesar 2,5%, karena model bentuk harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang.
  3. Waktu mengeluarkannya setiap kali menerima (panen).

Cara Menghitung Zakat Penghasilan

Zakat yang dikeluarkan = Jumlah pendapatan bruto x 2.5%

Contoh:

Penghasilan diterima setiap bulan sebesar Rp6.000.000, maka sudah wajib zakat. Jadi zakat yang dibayarkan adalah Rp6.000.000 x 2.5% = Rp150.000,-

Contoh:

Seseorang yang masih lajang dengan penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar: 2,5% X 3.000.000=Rp 75.000 per bulan atau Rp 900.000 per tahun.

Sumber: Baznas dan Wikipedia

Zakat Mal: Pengertian, Hukum, Syarat Wajib dan Cara Menghitungnya

Zakat Mal

Pengertian Zakat Mal, Ketentuan, Hukum, Nishab, Kadar Perhitungan dan Cara Menghitungnya

Zakat Maal adalah ketetapan Allah SWT menyangkut harta yang telah diperoleh seseorang. Seseorang yang memperoleh harta tersebut pada hakikatnya hanya menerima titipan dari Allah SWT sebagai amanat untuk disalurkan dan dibelanjakan sesuai dengan kehendak pemilik yang sebenarnya yaitu (Allah SWT) (Q.S.al-An’am, 6: 12, al-Maidah, 5: 6 dan al-Mukminun, 20: 6).

Dan pada harta benda mereka terdapat hak untuk orang miskin yang meminta dan juga orang miskin yang tidak meminta.
(Q.S. adz-Dzariyaat, 51: 19).

Pengertian Zakat Mal / maal / mall (Zakat Harta)

Zakat Mal merupakan salah satu mekanisme yang harus dijalankan semua orang terkait dengan penggunaan harta.

Mal / Maal / Mall adalah bahasa Arab yang berarti harta benda, yaitu segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kelazimannya.

Dapat disebut maal (harta) apabila memenuhi 2 syarat sebagai berikut:

  1. Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai
  2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.

Ketentuan dan Syarat Kekayaan yang Wajib Zakat

1. Milik Penuh (tamam al-milk)

Harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaa secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah.

2. Memiliki potensi dapat Berkembang

Harta tersebut dapat berkembang ataupun bertambah apabila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.

3. Cukup Nishab

Harta tersebut haruslah sudah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara’.

4. Lebih dari Kebutuhan Pokok

Bahwa Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM), misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

5. Bebas Dari hutang

Terbebas dari zakat jika orang tersebut mempunyai hutang sebesar nishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (kaktu mengeluarkan zakat).

6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)

Pemilikan harta tersebut sudah belalu selama satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi perniagaan, harta simpanan dan hewan ternak. Sedangkan hasil dari pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.

Jenis Harta (Nishab), Ukuran dan Cara Mengeluarkan Zakatnya

1. Nishab Emas

Nishab emas sebanyak 20 dinar. Dinar yang dimaksud adalah dinar Islam.

1 dinar = 4.25 gram emas.

Jadi jika 20 dinar maka 4.25 * 20 = 85 gram emas murni.

Dalil nishab ini adalah dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Tidak ada kewajiban atas kamu sesuatupun – yaitu dalam emas – sampai memiliki 20 dinar. Jika sudah memiliki 20 dinar dan telah berlalu satu haul, maka terdapat padanya zakat setengah dinar. Selebihnya dihitung sesuai dengan hal itu, dan tidak ada zakat pada harta tersebut, kecuali setelah satu haul.
(Hadis Riwayat. Abu Daud, Tirmidzi)

Dari nishab tersebut, diambil 2,5 persen atau 1/40. Dan jika lebih dari nishab dan belum sampai pada ukuran kelipatannya, maka diambil dan diikutkan dengan nishab awal. Demikian menurut pendapat yang paling kuat.

Contoh:

Seseorang memiliki 87 gram emas yang disimpan. Maka, jika telah tercapai haulnya, wajib atasnya untuk mengeluarkan zakatnya, yaitu 1/40 x 87gr = 2,175 gram atau uang seharga tersebut.

2. Nishab Perak

Nishab perak adalah 200 dirham. Yaitu setara dengan 595 gram perak, sebagaimana hitungan dari Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin dalam Syarhul Mumti’ 6/104 dan diambil darinya 2,5% dengan perhitungan sama dengan emas.

3. Nishab Binatang Ternak

Syarat wajib dari zakat hewan ternak sama dengan di atas, ditambah satu syarat lagi yaitu hewannya lebih sering digembalakan di padang rumput yang mubah daripada dicarikan makanan.

Dan dalam zakat kambing yang digembalakan di luar, kalau sampai 40 ekor sampai 120 ekor…
(HR. Bukhari)

Sedangkan ukuran nishab dan yang dikeluarkan zakatnya adalah sebagai berikut:

3.1 Onta

Nishab onta adalah 5 ekor. Dengan pertimbangan di negara kita tidak ada yang memiliki ternak onta, maka nishab onta tidak kami jabarkan secara rinci -red.

3.2 Sapi

Nishab sapi adalah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada zakatnya.

Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:

Jumlah Sapi Jumlah yang dikeluarkan
30-39 ekor 1 ekor tabi’ atau tabi’ah
40-59 ekor 1 ekor musinah
60 ekor 2 ekor tabi’ atau 2 ekor tabi’ah
70 ekor 1 ekor tabi dan 1 ekor musinnah
80 ekor 2 ekor musinnah
90 ekor 3 ekor tabi’
100 ekor 2 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah

Keterangan:

Tabi’ dan tabi’ah adalah sapi jantan dan betina yang berusia setahun.

Musinnah adalah sapi betina yang berusia 2 tahun.

Setiap 30 ekor sapi, zakatnya adalah 1 ekor tabi’ dan setiap 40 ekor sapi, zakatnya adalah 1 ekor musinnah.

3.3 Kambing

Nishab kambing adalah 40 ekor. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Jumlah Kambing Jumlah yang dikeluarkan
40 ekor 1 ekor kambing
120 ekor 2 ekor kambing
201 – 300 ekor 3 ekor kambing
> 300 ekor setiap 100, 1 ekor kambing

 

4. Nishab Hasil Pertanian

Zakat hasil pertanian dan buah-buahan disyari’atkan dalam Islam dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanaman” yang bermacam macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya).

Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-An’am: 141).

Adapun nishabnya adalah 5 wasaq, berdasarkan sabda dari Rasulullah SAW yaitu,

Zakat itu tidak ada yang kurang dari 5 wasaq.
(Muttafaqun ‘alaihi)

Satu wasaq setara dengan 60 sha’ (menurut kesepakatan ulama, silakan lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 3/364). Sedangkan jika 1 sha’ maka setara dengan 2,175 kg atau 3 kg. Demikian menurut takaaran Lajnah Daimah li Al Fatwa wa Al Buhuts Al Islamiyah (Komite Tetap Fatwa dan Penelitian Islam Saudi Arabia).

Berdasarkan fatwa dan ketentuan resmi yang berlaku di Saudi Arabia, maka nishab zakat hasil pertanian adalah 300 sha’ x 3 kg = 900 kg. Adapun ukuran yang dikeluarkan, bila pertanian itu didapatkan dengan cara pengairan (atau menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya sebanyak 1/20 (5%). Dan jika pertanian itu diairi dengan hujan (tadah hujan), maka zakatnya sebanyak 1/10 (10%).

Ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada yang disirami oleh sungai dan hujan, maka sepersepuluh (1/10); dan yang disirami dengan pengairan (irigasi), maka seperduapuluh (1/20).
(HR. Muslim 2/673)

Misalnya: Seorang petani berhasil menuai hasil panennya sebanyak 1000 kg. Maka ukuran zakat yang dikeluarkan bila dengan pengairan (alat siram tanaman) adalah 1000 x 1/20 = 50 kg. Bila dengan air hujan, sebanyak 1000 x 1/10 = 100 kg

5. Nishab Barang Dagangan

Pensyariatan zakat barang dagangan masih diperselisihkan para ulama. Menurut para pendapat yang mewajibkan zakat perdagangan, nishab dan ukuran zakatnya yaitu sama dengan nishab dan ukuran zakat emas.

Adapun syarat” mengeluarkan zakat perdagangan yaitu sama dengan syarat-syarat yang ada pada zakat yang lain, dan ditambah dengan 3 syarat lainnya:

  1. Memilikinya dengan tidak dipaksa, seperti dengan membeli, menerima hadiah, dan yang sejenisnya.
  2. Memilikinya dengan niat untuk perdagangan.
  3. Nilainya telah sampai nishab.

Seorang pedagang harus menghitung jumlah nilai barang dagangannya dengan harga asli (harga beli), lalu digabungkan dengan keuntungan bersih setelah dipotong hutang.

Misalnya: Seorang pedagang menjumlah barang dagangannya pada akhir tahun dengan jumlah total sebesar 200 juta dan laba bersih sebesar 50 juta. Sementara itu, ia memiliki hutang sebanyak 100 juta. Maka perhitungannya sebagai berikut:

Modal – Hutang:

Rp. 200.000.000 – Rp. 100.000.000 = Rp. 100.000.000

Jadi jumlah harta zakat adalah:

Rp. 100.000.000 + Rp. 50.000.000 = Rp. 150.000.000

Zakat yang harus dibayarkan:

Rp. 150.000.000 x 2,5 % = Rp. 3.750.000

6. Nishab harta karun

Harta karun yang ditemukan, wajib dizakati secara langsung tanpa mensyaratkan nishab dan haul, berdasarkan keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Dalam harta temuan terdapat seperlima (1/5) zakatnya.
(HR. Muttafaqun alaihi)

Sumber: https://muslim.or.id/367-syarat-wajib-dan-cara-mengeluarkan-zakat-mal.html

×