Contacts

92 Bowery St., NY 10013

+1 800 123 456 789

Kategori: Blog

Kisah Inspirasi Alm. Ashraf Sinclair Gemar Sedekah Diam-Diam Dan Menyantuni Anak Yatim

LAZISWAF Al Hilal – Sahabat Al Hilal kepergian aktor yang juga olahragawan sangat mendadak bahkan menyisakan duka serta kenangan terindah bagi Bunga Citra Lestari istri dari Alm. Ashraf Sinclair, keluarganya serta orang terdekatnya. Ashraf menutup umurnya pada usia 40 tahun, meninggal pada Selasa (18/2/2020) di duga meninggal akibat di dera serangan jantung.

Kepergian mendadak ini bukan hanya meninggalkan duka namun juga kisah yang mengharukan yang membuat orang sekitarnya kaget bahwa Ashraf Sinclair gemar sedekah diam-diam bahkan suka menyantuni anak-anak yatim.

Seperti yang informasi di dapat dari Nakita.id Asrhraf disebut-sebut telah menjadi donatur tetap di Yayasan Yatim Daarul Rahman. Bak istilah tangan kanan memberi tangan kiri di belakang bahkan kebaikan Ashraf ini tidak di ketahui oleh istri bahkan orang sekitarnya.

“Tapi tadi malam saat saya tahlilan, saya ceritakan sama mbak Bunga soal kebiasaan almarhum kepada Yayasan Yatim Daarul Rahman, beliau (BCL) nangisnya sampai keras sekali gitu kan. Seakan-akan tidak menduga gitu kan kalau suaminya sungguh luar biasa,” jelas Ustadz Ahmad Habib dan wawancara yang di kutip Hits.grid.id

Setelah BCL mengetahui itu terlihat wajah senyum tipis di balut tangisan di air matanya, ada rasa bangga, tidak menyangka bahwa suaminya melakukan itu semua diam-diam. Bukan hanya kebaikannya, Ustaz Ahmad Habib pun mengingat satu kalimat yang terucap dari bibir mendiang Ashraf.

Saking terharunya, Ustaz Ahmad Habib bahkan sampai menitikkan air mata ketika mengulangi kata-kata Ashraf kala itu.

“Memang pernah ada kalimat keluar dari lisan almarhum yang mengatakan, ‘Saya bukan orang ahli ibadah. Saya bukan orang alim. Tapi, sedikit yang kami berikan untuk adik-adik yatim di tempat ini. Kelak kalau saya meninggal dunia, saya bisa bersama Rasulullah SAW’. Itu saja yang masih saya ingat dari ucapannya,” kenang Ustaz Ahmad Habib.

Cerita ini memang sudah lama, bahkan Ashraf sendiri meninggal di tahun 2020 lalu namun siapa sangka kebaikannya tidak akan berhenti, bahkan bisa menjadi inspirasi setiap orang yang ingin melakukan kebaikan, tidak perlu di publish namun dapat di rasakan, luar biasa bukan Sahabat Al Hilal? Semoga cerita ini menjadi inspirasi untuk Sahabat Al Hilal untuk melakukan kebaikan-kebaikan di setiap harinya.

Informasi & Call

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Pengen Jadi Kaum Rebahan? Eits! Wajib Baca Dulu Penjelasannya!

LAZISWAF Al Hilal – Sahabat Al Hilal atau siapapun dia berhak menikmati hidup. Hidup untuk disyukuri dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Betul,  hidup hanya sekali, setelah itu mati. Tapi jangan hidup asal hidup, mati sekadar mati. Hidup dan mati harus berarti. Tidak perlu pula mempertentangkan hidup mulia atau mati syahid. Hidup dan mati harus sama mulianya dan menjadi syahid (pembuat sejarah) sebagai umat tengahan yang membangun peradaban utama (QS al-Baqarah: 143).

Bagi orang beriman,  hidup harus  dijalani dengan benar dan bertujuan meraih bahagia di dunia dan akhirat nanti. Hidup yang hanya sekali itu janganlah disia-siakan. Apalagi sampai salah arah. Fa-aina taźhabun? Hendak ke manakah engkau pergi? Itu firman Tuhan (QS At-Takwir: 26) tentang perlunya arah jalan yang benar dalam kehidupan. Karenanya hidup yang bermakna harus diperjuangkan dengan benar dan sungguh-sungguh. Jangan lengah dan disia-siakan.

Namun,  manusia itu bukan robot atau benda mati. Meski harus bersungguh-sungguh dan berikhtiar dalam hidup, pada saat yang sama ada hak untuk istirahat. Apalagi manusia itu memiliki sifat  homo ludens, sebagai insan yang alamiah suka bermain, termasuk menikmati kesenangan. Kesenangan yang baik dan positif tentu saja.

  • Kebutuhan Manusia

Manusia secara sunatullah memiliki kebutuhan dasar seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal,  rekreasi,  dan lain-lain. Termasuk keperluan beristirahat. Dalam banyak ayat al-Quran Allah bahkan memberikan manusia hak untuk istirahat, antara lain: “Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk berusaha.”  (QS Al-Furqan:  47).

Tidak boleh siang dan malam dihabiskan untuk berusaha, tanpa istirahat. Jangan bekerja habis-habisan, sebaliknya jangan malas-malasan. Hidup perlu keseimbangan. Sebaik-baik urusan ialah yang tengahan. Tidak esktrem.

Manusia harus istirahat agar segar dan sehat, apalagi kalau seharian kerja keras. Orang yang tidak mau istirahat, namanya robot. Tapi jangan istirahat terus, lebih-lebih malas-malasan. Kata anak muda, rebahan. Rebahan itu artinya istirahat sambil berbaring dan berleha-leha. Orang tua dulu juga suka rebahan di sore hari. Tapi jangan rebahan terus.

  • Bolehkah Jadi Kaum Rebahan?

Bagaimana kalau rebahan? Bukan tidak boleh, rebahan boleh sesekali saja, atau dalam makna yang aseli: istirahat sebagaimana porsinya. Jangan rebahan terus. Lama-kelamaan malah bisa kena asam urat. Tidak mungkin sukses hidup bila pekerjaanya rebahan. Apalagi kalau rebahan jadi kebiasaan bermalas-malasan, sehingga menjelma sebagai kaum rebahan.

Kata “rebah” (berbaring) itu satu akar dengan “roboh” (jatuh).  Kalau rebahan terus, bisa   jadi  “roboh” dan “kaum robohan”, yaitu orang yang gagal dan jatuh dalam hidup karena malas dan tidak berusaha. Bagaimana bisa maju kalau  rebahan? Malah jadi roboh.  Seperti nasib malang sang tokoh dalam kisah “Robohnya Surau Kami”, sebuah karya sastra terkenal dari pujangga A.A. Navis.

  • Kenapa Jadi Kaum Rebahan?

Kenapa harus jadi kaum rebahan? Kalau lelah dan penat karena seharian bekerja, istirahatlah yang baik. Kalau ada masalah, berat maupun ringan, urai dan hadapi untuk diselesaikan. Jangan lari dari masalah dan menambah masalah dengan kerumitan yang lain.

Lalu, menjadi kaum rebahan yang malas-malasan dan membuang diri ke hal-hal yang merugikan hidup. Malas itu mungkin seketika nikmat karena tanpa harus bekerja. Tapi itu kenikmatan sesaat karena pada dasarnya setiap manusia memang harus bekerja dan berusaha.

Dengan itu  mendekatlah kepada Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim, agar jiwa tenang dan ada tempat bergantung yang kokoh. Lalu,  ikhtiar sedapat yang diusahakan. Selebihnya berserah diri kepada Allah. Untuk hidup sukses itu bagai mencari barang hilang. Laksana menemukan mutiara, yang tidaklah gampang. Mana ada barang berharga  mudah dan murah. Semuanya perlu perjuangan dan usaha keras. Itulah makna jihad yang sesungguhnya, mengerahkan segala kemampuan untuk meraih kebahagiaan dan kebermaknaan hidup.

  • Bangkitlah Kaum Muda!

Nabi Muhammad mengingatkan dalam hadis dari Ibnu Abbas, “ni’matàni maghbùnun fìhimà kabìra mina an-nàs as-sihatu wa al-faràgu”. Artinya, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang ” (HR. Bukhari).

Maka, hati-hati di kala kita sehat dan luang, segalanya bisa lalai dan kemudian terpeleset. Moga kita tidak termasuk orang yang lengah karena sehat dan luang waktu.

Inilah 6 Masjid Terindah Di Dunia

LAZ AL HILAL – Masjid merupakan tempat ibadah umat Muslim di seluruh dunia. Bangunan nan suci itu tentunya tersebar di seluruh dunia. Sahabat Al Hilal, seperti yang kita ketahui, masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW adalah masjid Quba di Madinnah. Pembangunan masjid pun tentu nya terus berkembang dari masa ke masa seiring perkembangan zaman.

Lantas, masjid apa saja ya yang termasuk kedalam masjid yang terindah di dunia dengan arsitektur yang indah? Dikutip dari About Islam, sahabat Al Hilal inilah 7 masjid dengan arsitektur yang paling indah di dunia

  1. Masjid Saint Petersburg

Masjid yang berada di Rusia ini merupakan salah satu masjid terindah di dunia dengan nuansa bangunan yang berwarna biru dan teramat sangat memukau bukan?

2. Masjid Nasir al Molk di Iran

Sahabat Al Hilal, dapat kita lihat bagian dalamnya menciptakan efek visual warna-warni yang menakjubkan ketika sinar matahari menyentuh jendela kaca patri yang rumit.

3. Masjid Agung di Kuwait

Arsitektur masjid dengan atap kelopak bunga membuat visual masjid ini terlihat amat sangat indah bukan?

4. Masjid Sultan Ahmet di Turki

Masjid yang paling ikonik di kota Turki ini dikenal sebagai ‘Masjid Biru’ karena 20.000 ubin yang dilukis dengan tangan berwarna biru.

5. Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi

Sahabat Al Hilal masjid ini merupakan masjid terbesar ke-7 di dunia.

6. Masjid Jalil Khayat di Irak

Sahabat Al Hilal, inilah salah satu masjid yang selesai dibangun pada tahun 2007.

Nah itulah enam masjid yang tercatatat sebagai masjid dengan arsitektur yang teramat sangat menawan. Adakah salah satu masjid yang ingin sahabat Al Hilal kunjungi? Atau kah sahabat Al Hilal ingin mengunjungi seluruh masjid tersebut Bersama keluarga karena semua masjid diatas teramat indah?

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Inilah Bukti Kebaikan Islam

LAZ AL HILAL – Sahabat Al Hilal, sudahkah kita mendengarkan pesan Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan dalam Tirmidzi yang berbunyi.

“Di antara tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat  baginya.” (HR Tirmidzi)

Dilansir dari berbagai sumber sesungguhnya para ulama telah menegaskan kedudukan hadist ini menjadi yang utama karena menjelaskan tentang etika, membangun level kebaikan seorang muslim. Dalam hadist itu pula terdapat pesan tersirat tentang bagaimana seorang muslim ketika ingin meninggalkan hal yang sia-sia dalam kehidupannya.

Jika dilihat dari hadist tersebut, berbagai sumber menyatakan beberapa tips yang dapat kita laksanakan ketika ingin keluar dari sesuatu yang sia-sia. Sahabat Al Hilal, inilah beberapa tips ketika kita ingin meninggalkan hal yang sia-sia:

Pertama, Menjauhi segala sesuatu yang tidak berguna. Sahabat Al Hilal ketika kita terlalu sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat maka itu adalah salah satu tanda bahwa iman kita sedang lemah. Wallahi’alam bishawab

Kedua, Menghabiskan Waktu untuk hal yang lebih bermanfaat. Sungguh, Islam merupakan agama yang indah, segala hal yang dilakukan oleh manusia telah diatur oleh Allah SWT dalam Al Quran dan hadist agar manusia tidak jatuh ke dalam lubang yang salah.

Sahabat Al Hilal, bukankah Islam tidak mewajibkan kita sebagai manusia agar selalu berdzikir dan diamnya itu berarti berfikir atau seluruh waktu senggangnya harus dihabiskan di dalam masjid? Tentu tidak bukan? Tetapi Islam Islam mengakui fitrah dan insting manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, yang dijadikan sebagai makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang dan bermain-main, sebagaimana mereka dicipta suka makan dan minum. Maka dari itu, Allah SWT memberikan petunjuk-Nya agar manusia tidak jatuh ke dalam lubang yang salah.

Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Muslim,

“Demi Zat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya jika engkau disiplin terhadap apa yang pernah engkau dengar ketika bersama aku dan juga tekun dalam zikir, niscaya Malaikat akan bersamamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalanmu. Tetapi hai Handzalah, ‘saa’atan, saa’atan’ (perlahan-lahan, dan berguraulah sewajarnya). Diulanginya ucapan itu sampai tiga kali.” (HR. Muslim)

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Ingat, Rezeki Bukan Hanya Berupa Uang!

LAZ AL HILAL – “Aduh saya belum dapat rezeki lagi!” atau “Sedekahnya nanti dulu deh, Allah belum kasih saya rezeki hari ini” Mungkin itulah kalimat yang sering diucapkan oleh kita ketika mengeluh tak memiliki uang. Tetapi, jangan hanya berfikir bahwa rezeki hanya sebagtas uang ya sahabat Al Hilal! Sehingga ketika suatu hari kita tidak memiliki uang maka kita berfikir bahwa Allah SWT belum memberikan kita rezeki. Bukankah rezeki tidak hanya selalu uang atau materi?

Sungguh alangkah sempitnya ketika kita berfikir seperti itu. Tetapi memang, uang termasuk di antara jenis rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Bukankah kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita merupakan rezeki? Kita masih bisa makan dan masih dapat berlindung di rumah pada hari ini pun merupakan suatu rezeki dari-Nya yang belum tentu orang lain dapat merasakan kenikmatan itu.

Sahabat Al Hilal, mulai hari ini yuk kita perluas makna rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada kita emua! Bersyukurlah, karena rezeki yang telah kita terima bukan hanya dibatasi berupa uang saja tetapi kenikmatan dan keberkahan yang telah kita terima pun belum tentu diterima oleh orang lain termasuk teman dan orang-orang terdekat kita.

Sungguh, ketika kita memaknai secara luas rezeki itu maka kita akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT ketika mendapatkan kenikmatan dari-Nya. InsyaAllah kita tidak akan hanya bersyukur saat mendapatkan uang saja. Wallahu’alam bishawab.

Ingatlah bahwa rezeki dapat datang dari mana pun maka saat ini yuk jangan sampa berpikir bahwa Allah SWT tidak memberikan rezeki apa-apa kepada kita sebagai hamba-Nya. Ingatlah janji Allah SWT dan ingatlah firman-Nya dalam QS. At-Thalaq ayat 3 yang artinya:

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 3)

Dan jangan lupa untuk selalu berikhtiar ya! Karena, Tanpa usaha dan kerja keras, rezeki akan terasa sulit didapat meskipun sudah selalu berdoa kepada Sang Pencipta. InsyaAllah.

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS. An-Najm: 39-41)

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Jika Berdosa Kepada Sesama

LAZ AL HILAL – Dosa kepada sesama manusia lebih berat loh daripada dosa kepada Allah SWT sang maha pemaaf. Mengapa demikian? Karena belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah SWT dengan beristighfar, siapa yang tahu isi manusia apakah orang yang disakiti oleh kita sudah memaafkan atau belum memaafkan.

Sahabat Al Hilal, bahkan Rasulullah SAW pun bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, beliau bersabda

“Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu.” (HR Bukhari)

Tentu, ketika kita memiliki dosa kepada manusia, seperti dosa yang paling sulit untuk disembuhkan. Sahabat Al Hilal, dilansir dari berbagai sumberm dosa-dosa yang berkaitan dengan manusia tidak akan cukup jika hanya bertaubat kepada Allah SWT tetapi kita sebagai manusia haru meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah kita sakiti.

Jika diibaratkan sama seperti Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar taubat, tapi mesti harus mengembalikan harta yang pernah dicuri ataupun hutang. Kalau tidak mampu mengembalikan, akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintalah maaf dan keikhlasannya.

Sungguh, sebagai manusia yang penuh dengan kekhilafan kita dapat terbebas dari dosa tersebut setelah mendapatkan maaf dari orang yang kita sakiti. Bahkan Allah SWT pun tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia sebelum diantara mereka sendiri dapat saling memaafkan. Wallahu’alam bishawab.

Bukankah sangat mulia apabila kita menjadi manusia yang pemaaf?

Dalam QS. An-Nur ayat 22 pun Allah SWT berfirman,

“Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” (QS. An-Nur:22)

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Bisakah “Kita” Mengubah Takdir?

LAZ AL HILAL – Apa itu takdir? Dilansir dari berbagai sumber, takdir adalah istilah yang merujuk kepada keputusan Allah SWT dan keputusan yan telah ditakdirkan oleh Allah SWT kepada kita sebagai umat-Nya telah tertulis di lauh mahfudz sejak sebelum terciptanya dunia dan kita sebagai manusia. Hal tersebut telah disinggung oleh Allah SWT dalam firman-Nya di QS. Al Hadid ayat 22

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah” (QS. Al-Hadid: 22).

Sahabat Al Hilal, ketika kita sebagai manusia yang takdirnya telah tertuliskan takdirnya dapat mengubah takdir? Apakah usaha yang telah kita laksanakan selama ini di dunia dapat mengubah takdir yang telah tercatat di lauh mahfudz?

Tetapi bukan kah Usaha manusia, baik itu berupa tindakan, pilihan rasional, atau doa yang dipanjatkan, semuanya adalah kejadian yang tertulis di lauh mahfudz sebagaimana disinggung dalam ayat di atas. Sama sekali tak ada kejadian apa pun yang tak terekam di sana?

Sahabat Al Hilal, usaha atau tindakan di dunia ini yang tak tercatat sebagai takdir di lauh mahfudz sehingga hendak dipertentangkan dengan catatan di lauh mahfudz. Seolah-olah penanya ingin membenturkan antara usaha manusia di satu pihak dengan takdir di pihak lain. Padahal kejadiannya tidaklah demikian.

Ketika seorang manusia dengan berbagai pilihan hidupnya berikhtiar agar takdirnya berubah, maka hal tersebut tidak mengubah sedikit pun takdirnya.

Dilansir dari berbagai sumber, Takdirnya bukanlah miskin kemudian dilawan hingga berubah menjadi kaya, namun takdirnya adalah miskin lalu berusaha keras lalu kaya.

Maka dari itu, tak relevan sama sekali ketika menanyakan apakah usaha dapat mengubah takdir sebab usaha itu sendiri adalah juga bagian dari takdir. Wallahu’alam bishawab.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Mengapa “Kita” Kufur Nikmat?

LAZ AL HILAL – Allah SWT merupakan pemberi nikmat kepada setiap makhluk, baik di bumi maupun di langit. Sungguh, apakah nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT sang pemilik langit dan bumi tak ternilai harganya. Tapi, terkadang kita sebagai seorang manusia sering lupa akan hal itu dan kemudian kita tidak mensyukurinya. Akhirnya kita sebagai imanusia lebih banyak mengeluh dan lupa untuk bersyukur.

Memang, salah satu kelemahan kita ialah mengkufuri nikmat. Mungkin karena manusia sudah terbiasa dan merasa bahwa itu adalah hak yang harus diperolehnya. Apakah kita sebenarnya lupa bahwa segala sesuatu hal yang telah kita terima adalah pemberiang dari Allah SWT sang pemberi rezeki?

Sahabat Al Hilal, pernah kah kita menyadari bahwa Allah SWT telah memberikan kita berjuta-juta kenikmatan? Allah SWT memberikan kita kenikmatan membuka mata ketika bangun dari tidur, Allah SWT memberikan kita kenikmatan hidup, makan, berbicara, mendengar, dan kenikmatan-kenikmatan yang lainnya yang mungkin tidak disadari oleh kita sebagai manusia.

Banyak manusia yang sulit bernapas, banyak manusia yang masih belum bisa menikmati indahnya dunia karena keterbatasannya, dan banyak pula manusia yang bahkan makan pun sulit, tidak memiliki tempat perlindungan dan masih banyak yang lainnya.

Mari kita simak hadist yang diriwayatkan dari HR. Bukhari bahwa Rasulullah SAW berkata

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الَّلهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الَّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَشِيْرٌ مِنْ النَّاَسِ الصِّحَّةُ وَاْلفَرَاغُ

“Dari Ibnu Abbas, dia berkata : Nabi SAW bersabda : “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu.” (HR. Bukhari)

Sahabat Al Hilal, marikah bersikap sebagaimana Allah SWT telah memberikan segalanya kepada kita sebagai hamba-Nya. Bersyukurlah kepada-Nya. Jangan pernah melupakan pemberian yang telah Allah SWT berikan kepada kita, nikmat dan karunia-Nya. Sungguh syukur merupakan salah satu bentuk atau tanda terimakasih kita kepada Allah SWT.

Jangan sampai kita menjadi manusia yang kufur, enggan menyadari, atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang didapatkan berasal dari Allah SWT sang pemberi.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Mengapa Dalam Islam Tidak Boleh Menggambar Makhluk Bernyawa? Simak penjelasan dan alasannya!

LAZ Al Hilal – Pada asalnya tashwir (menggambar) segala hal yang memiliki nyawa, baik manusia maupun hewan, hukumnya haram. Baik itu dalam bentuk ukiran patung (3 dimensi) maupun yang digambar di kertas, kain, dinding atau semisalnya (2 dimensi). Ataupun juga gambar foto. Berdasarkan hadits-hadits yang shahih tentang larangan perbuatan tersebut dan adanya ancaman bagi pelakunya dengan azab yang keras.

Selain itu juga pada jenis gambar tertentu, dikhawatirkan menjadi sarana menuju kesyirikan terhadap Allah. Yaitu seseorang merendahkan diri di depan gambar tersebut, dan bert-taqarrub kepadanya, dan mengagungkan gambar tersebut dengan pengagungan yang tidak layak kecuali kepada Allah Ta’ala. Selain itu juga, terdapat unsur menandingi ciptaan Allah. Selain itu juga sebagian gambar dapat menimbulkan fitnah (keburukan), seperti gambar selebriti, gambar wanita yang tidak berpakaian, model terkenal, atau semacam itu.

Dan hadits-hadits yang menyatakan tentang keharaman hal ini menunjukkan bahwa perbuatan ini adalah dosa besar. Diantaranya hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ الَّذينَ يصنَعونَ هذِه الصُّوَرَ يعذَّبونَ يومَ القيامةِ ، يقالُ لَهم : أحيوا ما خلقتُمْ

“orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ أشدَّ النَّاسِ عذابًا عندَ اللَّهِ يومَ القيامةِ المصوِّرونَ

“orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال اللهُ عزَّ وجلَّ : ومن أظلم ممن ذهبَ يخلقُ كخَلْقي ، فلْيَخْلُقوا ذرَّةً ، أو : لِيخْلُقوا حبَّةً ، أو شعيرةً

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من صوَّرَ صورةً في الدُّنيا كلِّفَ يومَ القيامةِ أن ينفخَ فيها الرُّوحَ ، وليسَ بنافخٍ

“barangsiapa yang di dunia pernah menggambar gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga hadits lainnya dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

كلُّ مُصوِّرٍ في النَّارِ ، يُجْعَلُ له بكلِّ صورةٍ صوَّرها نفسٌ فتُعذِّبُه في جهنَّمَ

“semua tukang gambar (makhluk bernyawa) di neraka, setiap gambar yang ia buat akan diberikan jiwa dan akan mengadzabnya di neraka Jahannam” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika disimpulkan, larangan menggambar makhluk bernyawa itu umum akan tetapi dimaukan dengannya sifat/bentuk yang khusus. Dalam istilah ilmu ushul fiqh dinamakan : “al-‘am yurodu bihi al-khusus”. Yaitu menggambar makhluk bernyawa dengan tujuan-tujuan yang dilarang oleh agama, seperti pengagungan yang akan menyeret kepada kesyirikan, atau untuk pornografi, atau yang semisalnya. Bukan larangan yang bersifat mutlak. Dengan demikian, seluruh dalil yang ada, terpakai dan dapat dikompromikan dengan baik.

Dengan penjelasan di atas, nyatalah kesalahan fatal orang-orang yang mengharamkan foto gambar bernyawa secara mutlak. Kesalahan ini muncul karena beberapa sebab :

  • Tidak mengerti apa sebenarnya illat (sebab) pengharamannya.
  • Hanya melihat kepada hadits-hadits yang melarang, tanpa melihat kepada hadits-hadits yang memperbolehkan. Seperti kisah boneka Aisyah yang telah kami sebutkan di atas.
  • Tidak mengumpulkan dan mengkompromikans eluruh hadits-hadits dalam masalah ini. Hanya mengambil satu hadits (yang melarang) dan membuang hadits yang lain (yang membolehkan).

Tiga kesalahan ini, tidak hanya terjadi pada diri para penuntut ilmu ( orang awamnya ), bahkan juga terjadi pada diri para ustadznya. Yang lebih memprihatinkan terjadi juga pada ustadz-ustadz yang telah dianggap kibar ( besar ) oleh sebagian komunitas

Hati-hati, Dosa Kecil di Balik Lisan!

LAZ Al Hilal – Pepatah mengungkapkan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Begitulah jika dosa-dosa kecil kita kerjakan secara terus menerus. Karena terasa remeh, boleh jadi banyak perkara yang sebenarnya tercela di sisi Allah SWT, tanpa disadari ternyata sudah menambah saldo dosa kita. Kita pun membiarkannya terus menumpuk.

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَقَوْمٍ نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ 

”Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil yang biasa diremehkan, sebab itu semua dapat terkumpul sehingga dapat membinasakan orangnya.”Lalu beliau membuat perumpamaan, suatu kaum (rombongan) yang turun berkemah di hutan dan ketika tiba waktunya makan, tiap orang keluar mencari lidi serta dahan pohon. Setiap orang mendapatkan satu dahan sehingga terkumpul banyak dan dinyalakan api yang dapat memasak makanan. (HR Ahmad).

Dalam kehidupan sehari-hari, dosa-dosa kecil tersebut mudah sekali terjadi. Terlambat menepati janji, berkata kotor dan jorok, berlebihan dalam berbicara (dibuat-buat), mengolok-ngolok orang lain, menangguhkan hak orang lain, dan sebagainya, merupakan contoh akhlak yang tercela. Semua itu membawa konsekuensi dosa.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dikisahkan bahwa dahulu pada masa Rasulullah SAW, orang-orang Yahudi menganggap bahwa mereka hanya sebentar saja kelak mendapat siksa di neraka. Karena itu mereka merasa puas dan untung atas perbuatan dosa atau kejahatannya, sehingga tidak bertobat dari dosa yang meliputi dirinya, dan mereka mati dalam kekafiran.

Jika tidak hati-hati, anggapan orang Yahudi tersebut mungkin juga menjadi bagian keyakinan seorang muslim. Karena mengganggapnya tidak seberapa, kita lantas menjadi biasa dan semakin berani melakukan dosa-dosa kecil. Padahal Anas bin Malik mengatakan: 

عنْ أَنَس قالَ: إِنَّكُمْ لَتَعْملُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدقُّ في أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ، كُنَّا نَعْدُّهَا عَلَى عَهْدِ رسولِ اللَّهِ ﷺ مِنَ الْمُوِبقاتِ  

Rasulullah SAW telah bersabda, ”Sesungguhnya Anda semua melakukan amal yang lebih kecil dari rambut dalam pandangan Anda semua, meski kami memandangnya (di masa Rasulullah SAW) termasuk perkara yang merusak.’‘ (HR Bukhari)

Agar kita terhindar dari langkah menabung dosa akibat kesalahan-kesalahan kecil, yang disengaja maupun tidak, maka Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya agar mengerjakan amalan-amalan yang disunnahkan. Banyak hal sunnah tersebut yang dapat menghapuskan dosa seseorang.

Ada juga kiat lain yang bisa dipakai untuk menipiskan tabungan dosa kita. Sebuah hadis dari Abu Hurairah menjelaskan, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: 

  عَنْ أبي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله ﷺ  صَلاَةُ الرَّجُلِ في جماعةٍ تزيدُ عَلَى صَلاَتِهِ في سُوقِهِ وَبَيْتِهِ بضْعاً وعِشْرينَ دَرَجَةً، وذلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِد لا يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ، لا يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ، لَمْ يَخطُ خُطوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِها دَرجةٌ

”Sholatnya seorang laki-laki dengan berjamaah, melebihi sholatnya di rumah dan di pasar dua puluh lima derajat. Hal ini didapatkannya karena jika ia berwudhu dengan baik, kemudian keluar untuk shalat, ia tidak keluar kecuali hanya untuk keperluan sholat saja. Maka setiap kali ia melangkah pasti akan diangkat satu derajat baginya dan akan dihapus satu kesalahan darinya.” (HR Bukhari Muslim).

×