Contacts

92 Bowery St., NY 10013

thepascal@mail.com

+1 800 123 456 789

Kategori: Blog

Inilah Bukti Kebaikan Islam

LAZ AL HILAL – Sahabat Al Hilal, sudahkah kita mendengarkan pesan Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan dalam Tirmidzi yang berbunyi.

“Di antara tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat  baginya.” (HR Tirmidzi)

Dilansir dari berbagai sumber sesungguhnya para ulama telah menegaskan kedudukan hadist ini menjadi yang utama karena menjelaskan tentang etika, membangun level kebaikan seorang muslim. Dalam hadist itu pula terdapat pesan tersirat tentang bagaimana seorang muslim ketika ingin meninggalkan hal yang sia-sia dalam kehidupannya.

Jika dilihat dari hadist tersebut, berbagai sumber menyatakan beberapa tips yang dapat kita laksanakan ketika ingin keluar dari sesuatu yang sia-sia. Sahabat Al Hilal, inilah beberapa tips ketika kita ingin meninggalkan hal yang sia-sia:

Pertama, Menjauhi segala sesuatu yang tidak berguna. Sahabat Al Hilal ketika kita terlalu sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat maka itu adalah salah satu tanda bahwa iman kita sedang lemah. Wallahi’alam bishawab

Kedua, Menghabiskan Waktu untuk hal yang lebih bermanfaat. Sungguh, Islam merupakan agama yang indah, segala hal yang dilakukan oleh manusia telah diatur oleh Allah SWT dalam Al Quran dan hadist agar manusia tidak jatuh ke dalam lubang yang salah.

Sahabat Al Hilal, bukankah Islam tidak mewajibkan kita sebagai manusia agar selalu berdzikir dan diamnya itu berarti berfikir atau seluruh waktu senggangnya harus dihabiskan di dalam masjid? Tentu tidak bukan? Tetapi Islam Islam mengakui fitrah dan insting manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, yang dijadikan sebagai makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang dan bermain-main, sebagaimana mereka dicipta suka makan dan minum. Maka dari itu, Allah SWT memberikan petunjuk-Nya agar manusia tidak jatuh ke dalam lubang yang salah.

Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Muslim,

“Demi Zat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya jika engkau disiplin terhadap apa yang pernah engkau dengar ketika bersama aku dan juga tekun dalam zikir, niscaya Malaikat akan bersamamu di tempat tidurmu dan di jalan-jalanmu. Tetapi hai Handzalah, ‘saa’atan, saa’atan’ (perlahan-lahan, dan berguraulah sewajarnya). Diulanginya ucapan itu sampai tiga kali.” (HR. Muslim)

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Ingat, Rezeki Bukan Hanya Berupa Uang!

LAZ AL HILAL – “Aduh saya belum dapat rezeki lagi!” atau “Sedekahnya nanti dulu deh, Allah belum kasih saya rezeki hari ini” Mungkin itulah kalimat yang sering diucapkan oleh kita ketika mengeluh tak memiliki uang. Tetapi, jangan hanya berfikir bahwa rezeki hanya sebagtas uang ya sahabat Al Hilal! Sehingga ketika suatu hari kita tidak memiliki uang maka kita berfikir bahwa Allah SWT belum memberikan kita rezeki. Bukankah rezeki tidak hanya selalu uang atau materi?

Sungguh alangkah sempitnya ketika kita berfikir seperti itu. Tetapi memang, uang termasuk di antara jenis rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Bukankah kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita merupakan rezeki? Kita masih bisa makan dan masih dapat berlindung di rumah pada hari ini pun merupakan suatu rezeki dari-Nya yang belum tentu orang lain dapat merasakan kenikmatan itu.

Sahabat Al Hilal, mulai hari ini yuk kita perluas makna rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada kita emua! Bersyukurlah, karena rezeki yang telah kita terima bukan hanya dibatasi berupa uang saja tetapi kenikmatan dan keberkahan yang telah kita terima pun belum tentu diterima oleh orang lain termasuk teman dan orang-orang terdekat kita.

Sungguh, ketika kita memaknai secara luas rezeki itu maka kita akan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT ketika mendapatkan kenikmatan dari-Nya. InsyaAllah kita tidak akan hanya bersyukur saat mendapatkan uang saja. Wallahu’alam bishawab.

Ingatlah bahwa rezeki dapat datang dari mana pun maka saat ini yuk jangan sampa berpikir bahwa Allah SWT tidak memberikan rezeki apa-apa kepada kita sebagai hamba-Nya. Ingatlah janji Allah SWT dan ingatlah firman-Nya dalam QS. At-Thalaq ayat 3 yang artinya:

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 3)

Dan jangan lupa untuk selalu berikhtiar ya! Karena, Tanpa usaha dan kerja keras, rezeki akan terasa sulit didapat meskipun sudah selalu berdoa kepada Sang Pencipta. InsyaAllah.

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS. An-Najm: 39-41)

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Jika Berdosa Kepada Sesama

LAZ AL HILAL – Dosa kepada sesama manusia lebih berat loh daripada dosa kepada Allah SWT sang maha pemaaf. Mengapa demikian? Karena belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah SWT dengan beristighfar, siapa yang tahu isi manusia apakah orang yang disakiti oleh kita sudah memaafkan atau belum memaafkan.

Sahabat Al Hilal, bahkan Rasulullah SAW pun bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, beliau bersabda

“Barangsiapa yang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari di mana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), di mana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka akan diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu.” (HR Bukhari)

Tentu, ketika kita memiliki dosa kepada manusia, seperti dosa yang paling sulit untuk disembuhkan. Sahabat Al Hilal, dilansir dari berbagai sumberm dosa-dosa yang berkaitan dengan manusia tidak akan cukup jika hanya bertaubat kepada Allah SWT tetapi kita sebagai manusia haru meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah kita sakiti.

Jika diibaratkan sama seperti Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar taubat, tapi mesti harus mengembalikan harta yang pernah dicuri ataupun hutang. Kalau tidak mampu mengembalikan, akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintalah maaf dan keikhlasannya.

Sungguh, sebagai manusia yang penuh dengan kekhilafan kita dapat terbebas dari dosa tersebut setelah mendapatkan maaf dari orang yang kita sakiti. Bahkan Allah SWT pun tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia sebelum diantara mereka sendiri dapat saling memaafkan. Wallahu’alam bishawab.

Bukankah sangat mulia apabila kita menjadi manusia yang pemaaf?

Dalam QS. An-Nur ayat 22 pun Allah SWT berfirman,

“Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” (QS. An-Nur:22)

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Bisakah “Kita” Mengubah Takdir?

LAZ AL HILAL – Apa itu takdir? Dilansir dari berbagai sumber, takdir adalah istilah yang merujuk kepada keputusan Allah SWT dan keputusan yan telah ditakdirkan oleh Allah SWT kepada kita sebagai umat-Nya telah tertulis di lauh mahfudz sejak sebelum terciptanya dunia dan kita sebagai manusia. Hal tersebut telah disinggung oleh Allah SWT dalam firman-Nya di QS. Al Hadid ayat 22

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah” (QS. Al-Hadid: 22).

Sahabat Al Hilal, ketika kita sebagai manusia yang takdirnya telah tertuliskan takdirnya dapat mengubah takdir? Apakah usaha yang telah kita laksanakan selama ini di dunia dapat mengubah takdir yang telah tercatat di lauh mahfudz?

Tetapi bukan kah Usaha manusia, baik itu berupa tindakan, pilihan rasional, atau doa yang dipanjatkan, semuanya adalah kejadian yang tertulis di lauh mahfudz sebagaimana disinggung dalam ayat di atas. Sama sekali tak ada kejadian apa pun yang tak terekam di sana?

Sahabat Al Hilal, usaha atau tindakan di dunia ini yang tak tercatat sebagai takdir di lauh mahfudz sehingga hendak dipertentangkan dengan catatan di lauh mahfudz. Seolah-olah penanya ingin membenturkan antara usaha manusia di satu pihak dengan takdir di pihak lain. Padahal kejadiannya tidaklah demikian.

Ketika seorang manusia dengan berbagai pilihan hidupnya berikhtiar agar takdirnya berubah, maka hal tersebut tidak mengubah sedikit pun takdirnya.

Dilansir dari berbagai sumber, Takdirnya bukanlah miskin kemudian dilawan hingga berubah menjadi kaya, namun takdirnya adalah miskin lalu berusaha keras lalu kaya.

Maka dari itu, tak relevan sama sekali ketika menanyakan apakah usaha dapat mengubah takdir sebab usaha itu sendiri adalah juga bagian dari takdir. Wallahu’alam bishawab.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Mengapa “Kita” Kufur Nikmat?

LAZ AL HILAL – Allah SWT merupakan pemberi nikmat kepada setiap makhluk, baik di bumi maupun di langit. Sungguh, apakah nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT sang pemilik langit dan bumi tak ternilai harganya. Tapi, terkadang kita sebagai seorang manusia sering lupa akan hal itu dan kemudian kita tidak mensyukurinya. Akhirnya kita sebagai imanusia lebih banyak mengeluh dan lupa untuk bersyukur.

Memang, salah satu kelemahan kita ialah mengkufuri nikmat. Mungkin karena manusia sudah terbiasa dan merasa bahwa itu adalah hak yang harus diperolehnya. Apakah kita sebenarnya lupa bahwa segala sesuatu hal yang telah kita terima adalah pemberiang dari Allah SWT sang pemberi rezeki?

Sahabat Al Hilal, pernah kah kita menyadari bahwa Allah SWT telah memberikan kita berjuta-juta kenikmatan? Allah SWT memberikan kita kenikmatan membuka mata ketika bangun dari tidur, Allah SWT memberikan kita kenikmatan hidup, makan, berbicara, mendengar, dan kenikmatan-kenikmatan yang lainnya yang mungkin tidak disadari oleh kita sebagai manusia.

Banyak manusia yang sulit bernapas, banyak manusia yang masih belum bisa menikmati indahnya dunia karena keterbatasannya, dan banyak pula manusia yang bahkan makan pun sulit, tidak memiliki tempat perlindungan dan masih banyak yang lainnya.

Mari kita simak hadist yang diriwayatkan dari HR. Bukhari bahwa Rasulullah SAW berkata

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الَّلهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الَّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَشِيْرٌ مِنْ النَّاَسِ الصِّحَّةُ وَاْلفَرَاغُ

“Dari Ibnu Abbas, dia berkata : Nabi SAW bersabda : “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu.” (HR. Bukhari)

Sahabat Al Hilal, marikah bersikap sebagaimana Allah SWT telah memberikan segalanya kepada kita sebagai hamba-Nya. Bersyukurlah kepada-Nya. Jangan pernah melupakan pemberian yang telah Allah SWT berikan kepada kita, nikmat dan karunia-Nya. Sungguh syukur merupakan salah satu bentuk atau tanda terimakasih kita kepada Allah SWT.

Jangan sampai kita menjadi manusia yang kufur, enggan menyadari, atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang didapatkan berasal dari Allah SWT sang pemberi.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Mengapa Dalam Islam Tidak Boleh Menggambar Makhluk Bernyawa? Simak penjelasan dan alasannya!

LAZ Al Hilal – Pada asalnya tashwir (menggambar) segala hal yang memiliki nyawa, baik manusia maupun hewan, hukumnya haram. Baik itu dalam bentuk ukiran patung (3 dimensi) maupun yang digambar di kertas, kain, dinding atau semisalnya (2 dimensi). Ataupun juga gambar foto. Berdasarkan hadits-hadits yang shahih tentang larangan perbuatan tersebut dan adanya ancaman bagi pelakunya dengan azab yang keras.

Selain itu juga pada jenis gambar tertentu, dikhawatirkan menjadi sarana menuju kesyirikan terhadap Allah. Yaitu seseorang merendahkan diri di depan gambar tersebut, dan bert-taqarrub kepadanya, dan mengagungkan gambar tersebut dengan pengagungan yang tidak layak kecuali kepada Allah Ta’ala. Selain itu juga, terdapat unsur menandingi ciptaan Allah. Selain itu juga sebagian gambar dapat menimbulkan fitnah (keburukan), seperti gambar selebriti, gambar wanita yang tidak berpakaian, model terkenal, atau semacam itu.

Dan hadits-hadits yang menyatakan tentang keharaman hal ini menunjukkan bahwa perbuatan ini adalah dosa besar. Diantaranya hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ الَّذينَ يصنَعونَ هذِه الصُّوَرَ يعذَّبونَ يومَ القيامةِ ، يقالُ لَهم : أحيوا ما خلقتُمْ

“orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ أشدَّ النَّاسِ عذابًا عندَ اللَّهِ يومَ القيامةِ المصوِّرونَ

“orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال اللهُ عزَّ وجلَّ : ومن أظلم ممن ذهبَ يخلقُ كخَلْقي ، فلْيَخْلُقوا ذرَّةً ، أو : لِيخْلُقوا حبَّةً ، أو شعيرةً

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

من صوَّرَ صورةً في الدُّنيا كلِّفَ يومَ القيامةِ أن ينفخَ فيها الرُّوحَ ، وليسَ بنافخٍ

“barangsiapa yang di dunia pernah menggambar gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga hadits lainnya dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

كلُّ مُصوِّرٍ في النَّارِ ، يُجْعَلُ له بكلِّ صورةٍ صوَّرها نفسٌ فتُعذِّبُه في جهنَّمَ

“semua tukang gambar (makhluk bernyawa) di neraka, setiap gambar yang ia buat akan diberikan jiwa dan akan mengadzabnya di neraka Jahannam” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika disimpulkan, larangan menggambar makhluk bernyawa itu umum akan tetapi dimaukan dengannya sifat/bentuk yang khusus. Dalam istilah ilmu ushul fiqh dinamakan : “al-‘am yurodu bihi al-khusus”. Yaitu menggambar makhluk bernyawa dengan tujuan-tujuan yang dilarang oleh agama, seperti pengagungan yang akan menyeret kepada kesyirikan, atau untuk pornografi, atau yang semisalnya. Bukan larangan yang bersifat mutlak. Dengan demikian, seluruh dalil yang ada, terpakai dan dapat dikompromikan dengan baik.

Dengan penjelasan di atas, nyatalah kesalahan fatal orang-orang yang mengharamkan foto gambar bernyawa secara mutlak. Kesalahan ini muncul karena beberapa sebab :

  • Tidak mengerti apa sebenarnya illat (sebab) pengharamannya.
  • Hanya melihat kepada hadits-hadits yang melarang, tanpa melihat kepada hadits-hadits yang memperbolehkan. Seperti kisah boneka Aisyah yang telah kami sebutkan di atas.
  • Tidak mengumpulkan dan mengkompromikans eluruh hadits-hadits dalam masalah ini. Hanya mengambil satu hadits (yang melarang) dan membuang hadits yang lain (yang membolehkan).

Tiga kesalahan ini, tidak hanya terjadi pada diri para penuntut ilmu ( orang awamnya ), bahkan juga terjadi pada diri para ustadznya. Yang lebih memprihatinkan terjadi juga pada ustadz-ustadz yang telah dianggap kibar ( besar ) oleh sebagian komunitas

Hati-hati, Dosa Kecil di Balik Lisan!

LAZ Al Hilal – Pepatah mengungkapkan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Begitulah jika dosa-dosa kecil kita kerjakan secara terus menerus. Karena terasa remeh, boleh jadi banyak perkara yang sebenarnya tercela di sisi Allah SWT, tanpa disadari ternyata sudah menambah saldo dosa kita. Kita pun membiarkannya terus menumpuk.

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَقَوْمٍ نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ 

”Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil yang biasa diremehkan, sebab itu semua dapat terkumpul sehingga dapat membinasakan orangnya.”Lalu beliau membuat perumpamaan, suatu kaum (rombongan) yang turun berkemah di hutan dan ketika tiba waktunya makan, tiap orang keluar mencari lidi serta dahan pohon. Setiap orang mendapatkan satu dahan sehingga terkumpul banyak dan dinyalakan api yang dapat memasak makanan. (HR Ahmad).

Dalam kehidupan sehari-hari, dosa-dosa kecil tersebut mudah sekali terjadi. Terlambat menepati janji, berkata kotor dan jorok, berlebihan dalam berbicara (dibuat-buat), mengolok-ngolok orang lain, menangguhkan hak orang lain, dan sebagainya, merupakan contoh akhlak yang tercela. Semua itu membawa konsekuensi dosa.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dikisahkan bahwa dahulu pada masa Rasulullah SAW, orang-orang Yahudi menganggap bahwa mereka hanya sebentar saja kelak mendapat siksa di neraka. Karena itu mereka merasa puas dan untung atas perbuatan dosa atau kejahatannya, sehingga tidak bertobat dari dosa yang meliputi dirinya, dan mereka mati dalam kekafiran.

Jika tidak hati-hati, anggapan orang Yahudi tersebut mungkin juga menjadi bagian keyakinan seorang muslim. Karena mengganggapnya tidak seberapa, kita lantas menjadi biasa dan semakin berani melakukan dosa-dosa kecil. Padahal Anas bin Malik mengatakan: 

عنْ أَنَس قالَ: إِنَّكُمْ لَتَعْملُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدقُّ في أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ، كُنَّا نَعْدُّهَا عَلَى عَهْدِ رسولِ اللَّهِ ﷺ مِنَ الْمُوِبقاتِ  

Rasulullah SAW telah bersabda, ”Sesungguhnya Anda semua melakukan amal yang lebih kecil dari rambut dalam pandangan Anda semua, meski kami memandangnya (di masa Rasulullah SAW) termasuk perkara yang merusak.’‘ (HR Bukhari)

Agar kita terhindar dari langkah menabung dosa akibat kesalahan-kesalahan kecil, yang disengaja maupun tidak, maka Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya agar mengerjakan amalan-amalan yang disunnahkan. Banyak hal sunnah tersebut yang dapat menghapuskan dosa seseorang.

Ada juga kiat lain yang bisa dipakai untuk menipiskan tabungan dosa kita. Sebuah hadis dari Abu Hurairah menjelaskan, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: 

  عَنْ أبي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله ﷺ  صَلاَةُ الرَّجُلِ في جماعةٍ تزيدُ عَلَى صَلاَتِهِ في سُوقِهِ وَبَيْتِهِ بضْعاً وعِشْرينَ دَرَجَةً، وذلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِد لا يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ، لا يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ، لَمْ يَخطُ خُطوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِها دَرجةٌ

”Sholatnya seorang laki-laki dengan berjamaah, melebihi sholatnya di rumah dan di pasar dua puluh lima derajat. Hal ini didapatkannya karena jika ia berwudhu dengan baik, kemudian keluar untuk shalat, ia tidak keluar kecuali hanya untuk keperluan sholat saja. Maka setiap kali ia melangkah pasti akan diangkat satu derajat baginya dan akan dihapus satu kesalahan darinya.” (HR Bukhari Muslim).

Inilah Amalan Yang Membuat Rezeki Selalu Menghampiri Kita

LAZ AL HILAL – Rezeki merupakan suatu anugerah mutlak yang datang dari Allah SWT, sahabat Al Hilal ketika kita menginginkan rezeki maka upaya dan ikhtiar pun harus kita laksanakan. Sahabat Al Hilal, berbagai ayat yang ada dalam Al Quran pun telah Allah SWT mengenai rezeki. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 27,

تُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَتُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).

Dilansir dari berbagai sumber, rezeki akan menghampiri kita ketika kita sebagai manusia senantiasa dengan ikhlas melaksanakan berbagai macam amalan ini:

  1. Senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

Sahabat Al Hilal Orang yang senantiasa beriman kepada Allah dengan menjalankan perintah Nya yang wajib atau Sunnah dan meninggalkan larangan-Nya yang haram maupun makruh akan mendapatkan rezeki  yang cukup. InysaAllah

  • Bertawakkal Kepada Allah SWT

Diriwayatkan dalam HR. Ibnu Majjah, Rasulullah SAW bersabda,

”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ibnu Majjah)

  • Berdoa kepada Allah SWT

Perlu kita tanamkan dalam hati bahwa Allah SWT lah Sang Maha Pemberi.

  • Bersyukur

InsyaAllah ketika kita sebagai manusia senantiasa untuk bersyukur maka Allah SWT pun senantiasa memberikan kemudahan dan tambahan rezeki. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

  • Bersedekah dan Membantu Saudara Yang Kurang Mampu

Diriwayatkan dalam HR. Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda,

“Bantulah aku membantu kaum dhuafa (orang-orang miskin) di kalangan kalian, karena tidaklah engkau mendapatkan rezeki dan kemenangan melainkan karena kamu tolong mereka ”

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Doa Yang Sering Dipanjatkan Oleh Rasulullah SAW

PESANTREN AL HILAL – Sahabat Al Hilal, seperti yang kita ketahui setiap perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW disebut sebagai sunnah Rasul dan jika dilakukan oleh umat Islam maka bernilai pahala. Setiap doa yang diucapkan semuanya adalah baik, namun ada beberapa doa-doa yang sering dibacakan oleh beliau dan sudah sepatutnya kita sebagai umat-Nya untuk mengikuti.

Setiap muslim mendambakan kebaikan di dunia dan akhirat. Dan hal tersebut yang diucapkan dalam doa. Sahabat Al Hilal berbagai doa Rasulullah SAW pun kita dapat jadikan sebagai pelengkap doa-doa kita saat shalat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu menceritakan bagaimana upaya untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Dan doa ini pun salah satu doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah SAW.

Dilansir dari berbagai sumber, Dari Anas, ia berkata: “Doa Nabi shallallahu alaihi wa salla yang paling sering diucapkan ialah: “Ya Allah, Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Al Bukhari no. 6389 dan Muslim no. 2690).

Berbeda dengan riwayat Al Bukhari, dalam riwayat Muslim doa tersebut berbunyi:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

Kebaikan di dunia memiliki arti akan kebutuhan manusia seperti sehat, rezeki yang berkah dan halal, tempat tinggal yang nyaman, istri dan anak-anak yang shalih shalihah, ilmu yang bermanfaat, ketentraman hati, dan masih banyak lagi.

Kemudian kebaikan di akhirat, Ibnu Katsir rahimahullah memiliki pandangan “Kebaikan di akhirat yang tertinggi ialah berhasil masuk surga dan menikmati kondisi-kondisi yang menyertainya seperti perasaan aman dari ketakutan yang paling dahsyat di arasy, dimudahkan dalam proses hisab (perhitungan amal), dan lain-lain kejadian-kejadian yang menyenangkan di akhirat kelak.

Semoga Allah SWT selalu membimbing kita ke Surga-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Hati-Hati, Sifat Ini Membuat Rezeki Sempit!

LAZ AL HILAL – “Seandainya mempuanyi (sebanyak) dua jurang harta benta, niscaya dia akan mencari yang ketiga; (padahal) yang akan memenuhi perut manusia (ibaratnya) hanyalah debu; Allah SWT menerima taubat orang yang mau bertaubat” HR. Bukhari

Ketika kita melihat hadist diatas, maka kita juga langsung memahami bagaimana sigat manusia yang tidak dilandasi dengan pondasi iman dan takwa. Mereka cenderung lebih menyukain untuk menumpukkan harta benda daripada membelanjakannya atau menysihkan rezekinya di jalan Allah SWT.

Sahabat Al Hilal, padahal seperti yang telah kita ketahui Allah SWT melarang hamba-Nya untuk kikir dan pelit. Dan Islam pun menajarkan kita semua sebagai pemeluknya untuk saling membantu, saling berbagi. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dalam HR. Muslim, Rasulullah SAW pun bersabda,

Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu. Dan janganlah kikir, karena Allah akan kikir pula kepadamu.” (HR Muslim)

Dapat kita simak, dalam hadist tersebut pula Rasulullah SAW mengisyaratkan kita sebagai umat-Nya untuk menjadi manusia yang tidak kikir atau pelit untuk bersedekah. Karena sesungguhnya, didalam sedekah itu InsyaAllah kita akan membantu saudara-saudara kita, membantu mengembalikan senyum saudara-saudara kita.

Sahabat Al Hilal, ketika sifat kikir atau pelit telah menggerogoti hati kita maka manusia itu akan mendapatkan belasan pula dari sikap kikir atau pelitnya. Naudzubillahimindzalik

Semoga Allah SWT senantiasa selalu menuntun kita, semoga Allah SWT melindungi hati kita dari sifat tersebut. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْفِقِي أَوْ انْضَحِي أَوْ انْفَحِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ

Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu.” (HR Muslim)

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

×