Fenomena anak indigo kerap menjadi perbincangan dalam dunia sains dan spiritualitas. Beberapa kalangan mengaitkannya dengan kemampuan Extra Sensory Perception (ESP) atau indra keenam, yang memungkinkan seseorang memiliki intuisi tajam, merasakan energi, hingga melihat hal-hal yang tidak tampak oleh manusia biasa.
Dari perspektif sains, beberapa penelitian menyebutkan bahwa anak indigo memiliki gelombang otak yang berbeda, terutama dalam aktivitas lobus frontal yang lebih aktif dibandingkan orang pada umumnya. Hal ini sering berakaitan dengan kreativitas tinggi, kecerdasan emosional, serta kepekaan terhadap lingkungan. Namun, apakah fenomena ini selaras dengan ajaran Islam? Mari kita telaah lebih dalam.
Anak Indigo dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, perkara gaib adalah hak prerogatif Allah SWT. Tidak ada satu makhluk pun, baik manusia maupun jin, yang dapat mengetahui hal-hal yang gaib secara pasti. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an:
“(Dialah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu”.
(QS. Al-Jin: 26)
Oleh karena itu, Islam mengajarkan bahwa seseorang tidak boleh mempercayai ramalan atau klaim mengetahui masa depan. Hal ini dapat merusak akidah dan membawa seseorang pada kemusyrikan.
Baca juga: Rekomendasi Lembaga Amil Zakat Terbaik Bandung
Bisakah Kemampuan Indigo Menjadi Karunia?
Terdapat perbedaan antara karunia Allah dan sesuatu yang berasal dari tipu daya setan. Dalam sejarah Islam, Nabi Khidir AS dikenal memiliki ilmu laduni, yaitu ilmu yang diberikan langsung oleh Allah tanpa proses belajar:
“Maka mereka berdua (Nabi Musa dan pembantunya) mendapatkan seorang hamba dari hamba-hamba Kami (yaitu Nabi Khidir), yang telah Kami anugerahi rahmat dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
(QS. Al-Kahfi: 65)
Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa ilmu laduni hanya kepada mereka yang taat kepada Allah. Jika kemampuan seorang anak indigo membuatnya lebih dekat kepada Allah, maka hal itu bisa jadi anugerah. Namun, jika menjauhkan dari tauhid, maka patut berhati-hati
Waspada Terhadap Tipu Daya Setan
Beberapa anak indigo mengklaim memiliki kemampuan berbicara dengan makhluk gaib atau melihat kejadian masa depan. Padahal, Islam menegaskan bahwa setan memiliki cara untuk menyesatkan manusia:
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga… Sesungguhnya, ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”
(QS. Al-A’raf: 27)
Kitab Bughyatul Musytarsyidin karya Sayyid Abdurrahman Al-Mashri juga mengingatkan agar manusia tidak tergoda oleh hal-hal yang berkaitan dengan sihir dan ramalan, karena itu bisa merusak keimanan.
Baca juga: Rekomendasi Aqiqah Terbaik
Cara Menyikapi Anak Indigo dalam Islam
Sebagai seorang Muslim, berikut adalah beberapa langkah yang harus sedia jika memiliki anak dengan karakteristik indigo:
- Perkuat Tauhid – Ajarkan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah SWT dan hanya kepada-Nya kita bergantung.
- Filter Informasi – Jangan langsung mempercayai semua ucapan anak indigo, terutama jika berkaitan dengan perkara gaib.
- Bimbing dengan Ilmu Islam – Bimbing anak agar menggunakan potensinya untuk kebaikan, misalnya dengan mendalami Al-Qur’an dan Hadis.
- Hindari Kemusyrikan – Jangan sampai anak atau orang tua terjerumus dalam praktik perdukunan atau hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.
- Tingkatkan Ibadah – Rutin membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan mendekatkan diri kepada Allah agar terhindar dari tipu daya setan.
Kesimpulan
Fenomena anak indigo dalam pandangan Islam adalah sebuah ujian bagi anak dan keluarganya. Namun, jika salah arah, bisa menjadi jalan menuju kesesatan dan penyimpangan akidah.
Islam menegaskan bahwa hanya Allah yang mengetahui perkara gaib, dan manusia tidak boleh mengklaim memiliki ilmu tersebut tanpa dasar dari Al-Qur’an dan Hadis. Oleh karena itu, bagi orang tua yang memiliki anak dengan karakteristik indigo, penting untuk mengarahkan anak ke jalan yang benar, mendidiknya dengan ilmu syar’i, serta menjauhkannya dari hal-hal yang bertentangan dengan tauhid.
Wallahu a’lam.