Aceh Tamiang/Medan, 10 Desember 2025 – Setelah menuntaskan pengadaan logistik utama di Kota Medan, Tim Penyaluran LAZISWAF Al Hilal melanjutkan misi kemanusiaan dengan berburu obat-obatan vital pada Rabu sore (10/12). Langkah ini diambil setelah tim menerima banyak pertanyaan dan keluhan dari korban banjir mengenai ketersediaan obat.
Kondisi pasca-banjir yang lembap dan sanitasi yang minim mulai menimbulkan masalah kesehatan serius di lokasi pengungsian. Banyak korban mulai terjangkit penyakit umum seperti penyakit kulit dan gatal-gatal, batuk dan pilek, lalu demam.

Pengadaan obat-obatan menjadi kebutuhan penting, terutama karena banyak posko dihuni oleh bayi dan balita yang lebih rentan terhadap penyakit. Tim Laziswaf Al Hilal segera membeli berbagai jenis obat di salah satu apotek di Medan seklaigus melengkapi persediaan konsumsi dan makanan berat siap makan yang sudah dibeli sebelumnya.
Usai belanja obat, tim langsung bertolak kembali menuju Aceh Tamiang. Perjalanan di malam hari memberikan gambaran langsung mengenai kondisi sulit yang dihadapi para pengungsi. Sudah dua minggu listrik di banyak titik masih padam total. Kondisi malam tersebut benar-benar gelap gulita dan tidak ada sinyal komunikasi, membuat tim sulit berkoordinasi. Inilah kondisi yang dialami para pengungsi, mereka kedinginan tinggal di tenda-tenda pengungsian atau di rumah mereka yang bekas banjir, yang masih tergenang lumpur dan rusak parah.
Sepanjang perjalanan, pemandangan di kanan dan kiri jalan didominasi kegelapan, dengan penerangan hanya berasal dari lampu kendaraan yang lewat. Tim bahkan jarang menemukan penerangan yang sederhana seperti lilin. Listrik yang sudah menyala hanya terdapat di beberapa tempat, dan beberapa masjid yang terlihat terang biasanya mengandalkan bantuan genset.
Tim Laziswaf Al Hilal memohon doa dari seluruh masyarakat agar diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menyalurkan seluruh bala bantuan yang telah dibawa dari Medan, sehingga dapat segera menjangkau korban yang paling membutuhkan di tengah keterbatasan penerangan dan komunikasi.
Penulis: Indra Rizki










