Laz Al Hilal, Bandung – Cinta Hanya satu kata, tersusun dari lima huruf yang berbeda. Sangat sederhana. Kata yang sama sekali bukan kata sulit untuk dituliskan, pun untuk diucapkan. Namun kata sederhana ini menjadi jutaan tema dalam kehidupan. Tema dalam kisah bahagia, kisah sedih yang tak ada habis-habisnya, kisah lucu yang menyegarkan, kisah kegalauan remaja zaman now, kisah sukses penuh semangat, dan kisah-kisah lainnya.
Allah tak pernah mengharamkan cinta. Cinta adalah sebuah rasa yang sudah menjadi fitrah bagi setiap umat manusia. Namun, manusia diperintahkan untuk menjaga agar cinta itu tidak lantas menjerumuskannya pada tindakan yang diharamkan-Nya. Lalu cinta yang seperti apakah yang sekiranya mampu mendekatkan kita kepada Sang pemberi Cinta? Mari kita sebut saja, Cinta dalam diam.
Cinta dalam diam menurut islam adalah cara mencintai yang paling tepat ketika diri belum mampu terikat dalam sebuah ikatan suci, yaitu pernikahan. Jika belum mampu mencintai dan dicintai dalam ikatan pernikahan, maka cinta dalam diam ini merupakan jawaban atas segala kegalauan hati. Lalu bagaimanakah caranya memperjuangkan cinta dalam diam?
Jangan Jatuh Cinta, tetapi Bangun Cinta.
Persoalan tidak akan selesai hanya dengan kita mengatakan, “Allah, aku mencintainya”. Lantas apakah yang menjadi bukti bahwa perasaan itu adalah cinta karena Allah? Ya, sebuah perjuanganlah yang akan membuktikannya. Sebuah perjuangan untuk membangun cintalah yang akan kita lakukan setelah rasa bernama cinta itu hadir. Cinta tak semestinya memaksa diri untuk melupakan, tetapi cinta juga tak boleh memaksa diri untuk memiliki. Memantaskan diri merupakan cara untuk mencintai dalam diam. Tak perlu lagi kita galau soal jodoh. Kalau diri kita berkualitas, jodoh yang berkualitas akan dihadirkan untuk kita.
Tidak Harus Dia, tetapi Harus Karena Dia.
“Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpahkan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya,” (Imam Syafi’i).
Bukan cintalah yang pada akhirnya membuat kita berjodoh dengan seseorang, tetapi Allah-lah yang menjodohkan. Tentunya semua telah tertulis dalam Lauful Mahfuzh. Jadi, janganlah kita mencintai seseorang melebihi cinta kita kepada Allah. Cukuplah cinta dalam diam dan serahkan sepenuhnya kepada Allah. Setelah usaha cinta dalam diam ini yang bisa kita lakukan adalah mengikhlaskan kembali kepada Allah.
Mencintailah dengan bijak. Tak perlu terlalu berharap terhadap cinta yang dirasa, cukuplah cinta dalam diam. Berdoalah pada yang Maha Kuasa atas segala pilihan terbaik-Nya. Semoga kita akan mendapatkan pilihan yang benar-benar terbaik dan menjadi pendamping dunia dan akhirat.