Contacts

92 Bowery St., NY 10013

thepascal@mail.com

+1 800 123 456 789

Wanita Haid Membaca Al Quran, Bolehkah?

Laz Al Hilal, Bandung – Al Quran merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah Ta’ala sebagai petunjuk hidup manusia yang penuh dengan kemuliaan.

Jangankan mengamalkan, membacanya saja banyak pahala yang bisa didapatkan. Lantas, bolehkah wanita yang datang bulan atau haid membaca mushab Al Quran? Berikut penjelasan Muballigh Ahli Fiqih, Ustaz Muhammad Shiddiq Al Jawi.

Dilansir dari fissilmi-kaffah.com, Ustaz Muhammad Shiddiq Al Jawi mengungkapkan, para ulama berbeda pendapat apakah wanita yang sedang haid boleh membaca Al Quran.

Namun, secara garis besar ada dua pendapat. Pertama, mengharamkan. Ini pendapat jumhur (mayoritas) ulama, yaitu mazhab Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal.

Dalilnya, hadits Ibnu Umar RA bahwa Nabi SAW bersabda, ”Janganlah wanita haid dan orang junub membaca sesuatu dari Al Quran.” (laa taqra`ul haa`idhu wa laa al junubu syai`an minal qur`an) (HR Tirmidzi no 131; Ibnu Majah no 596).

Kedua, membolehkan (tapi tanpa menyentuh mushaf Al Quran). Ini pendapat mazhab Maliki dan Zahiri. Dalilnya karena hadits Ibnu Umar RA di atas yang dijadikan dalil pengharaman oleh jumhur ulama, dinilai sebagai hadits dhaif (lemah).

Imam Syaukani dalam Nailul Authar menjelaskan sebagian ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Baihaqi mendhaifkan hadits Ibnu Umar tersebut. Karena dalam sanadnya ada perawi bernama Isma’il bin ‘Ayyasy yang riwayat-riwayat haditsnya dari ulama Hijaz dinilai lemah, dan hadits Ibnu Umar ini adalah salah satunya. (Imam Syaukani, Nailul Authar, 1/187).

Di samping dalil itu, dalil lainnya adalah karena Nabi SAW selalu membaca Al Quran dalam segala keadaan kecuali dalam keadaan junub. Dari ‘Ali bin Abi Thalib RA, bahwasanya,

”Tidaklah menghalangi beliau (Nabi SAW) sesuatu dari Al Quran selain junub.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa`i, Ibnu Majah, hadits shahih). (Imam Nawawi, Al Majmu’, 2/185; Qadhi Shafad, Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah, hlm. 23; Ahmad Salim Malham, Faidhur Rahman fi Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Al Khashash bi Al Quran, hlm. 78; Imam Syaukani, Nailul Authar, 1/187-188).

Jadi, yang menjadi sumber utama ikhtilaf adalah penilaian terhadap hadits Ibnu Umar di atas. Sebagian ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Baihaqi menilai hadits itu dhaif sehingga berpendapat wanita haid boleh membaca Al Quran.

Sedang sebagian ulama lainnya seperti Imam Syaukani dan Imam Al Mundziri tidak menilainya sebagai hadits dhaif, tapi hadits hasan, sehingga mengharamkan wanita haid membaca Al Quran. (Ahmad Salim Malham, ibid, hlm. 97).

Pendapat yang lebih kuat (rajih) adalah pendapat jumhur ulama yang mengharamkan wanita haid membaca Al Quran, karena 2 (dua) alasan pentarjihan.

Pertama, hadits Ibnu Umar RA di atas lebih tepat dihukumi sebagai hadits hasan, bukan hadits dhaif. Karena Isma’il bin ‘Ayyasy sebenarnya adalah periwayat hadits yang tsiqah, yakni memiliki sifat adalah (bukan fasik) dan dhabith (kuat hapalan), sehingga haditsnya layak dijadikan hujah.

Imam Syaukani dalam kitabnya As Sailul Jarar berkata, ”Penilaian lemah terhadap Ismail bin ‘Ayyasy tertolak, karena haditsnya diriwayatkan juga melalui jalan periwayatan lainnya, dan dia (Ismail bin ‘Ayyasy) juga tidak dapat dinilai cacat yang mengakibatkan haditsnya tidak layak menjadi hujah.” (Imam Syaukani, As Sailul Jarar, hlm. 68).

Imam Al Mundziri berkata, ”Hadits Ibnu Umar ini adalah hadits hasan. Isma’il bin ‘Ayyasy memang telah diperbincangkan oleh para ulama, namun sejumlah imam telah memuji dia

[menganggapnya tsiqah]

.” (Imam Ramli, Nihayatul Muhtaj, 1/220-221).

Syekh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq-nya terhadap Sunan Tirmidzi berkata, ”Ismail bin ‘Ayyasy adalah periwayat hadits yang tsiqah…” (Ahmad Muhammad Syakir, Sunan At Tirmidzi bi-tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, 1/237-238). (Lihat : Ahmad Salim Malham, Faidhur Rahman fi Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Al Khashash bi Al Quran, hlm. 92-93).

Kedua, keharaman wanita haid membaca Al Quran dapat juga didasarkan pada hadits lain, yaitu hadits dari Ali bin Abi Thalib RA di atas yang statusnya shahih yang mengharamkan orang junub membaca Al Quran.

Setelah menyebutkan hadits tersebut, Imam Ibnu Qudamah berkata, ”Jika telah terbukti hal ini (keharaman membaca Al Quran) bagi orang junub, maka keharamannya bagi wanita haid lebih utama, karena hadatsnya wanita haid lebih kuat. Maka dari itu wanita haid haram digauli, dilarang sholat dan gugur sholatnya, dan orang junub sama dengan wanita haid pada semua hukum-hukumnya.” (Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 1/193). Kesimpulannya, wanita yang sedang haid haram membaca Al Quran. Hanya saja jika tak diniatkan membaca, tapi diniatkan untuk berdzikir atau berdoa, hukumnya boleh. Misalnya membaca basmalah saat hendak makan atau membaca hamdalah setelah makan dan sebagainya. (Imam Nawawi, Al Majmu’, 2/163). Wallahu a’lam.

Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.alhilal.or.id⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telepon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣

Mengejar Ridho Allah

Ilustrasi Berdo'a Sebagai Salah Satu Cara Menggapai Ridho Allah
Ilustrasi

LAZ AL HILAL – Mencari ridho Allah SWT merupakan hal yang selalu kita cari selama hidup di dunia. Sahabat Al Hilal, Allah SWT adalah dzat yang maha pengasih dan maha penyayang. Dan InsyaAllah Allah SWT akan senantiasa untuk memberikan keridhoan serta kasih sayangnya kepada umat-Nya, tetapi yang seperti apakah umat muslim yang akan diberi keridhoan serta kasih sayang dari Allah SWT? Apakah kita termasuk umat yang dikasihi serta diberikan ridho oleh-Nya?

Sahabat Al Hilal, Ketika kita mencari ridho Allah SWT terhadap kita, berarti kita sedang mencari apa yang membuat Allah SWT rela pada kita. Dalam hal ini, apa yang disebut Allah SWT rela pada kita? Ketika kita mencari keridhoan Allah SWT, maka seseorang tersebut berarti telah memiliki prinsip hidup untuk melakukan dan menuhankan Allah SWT dan tiada tuhan selain Dia.

Adapun beberapa hal Ketika kita mencari keridhoan Allah SWT, seperti sholat, mengaji, bersedekah, atau kewajiban lain yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba-Nya. Tetapi Sahabat Al Hilal, mencari keridhoan Allah SWT itu bukan hanya yang telah disebutkan diatas, tetapi memiliki makna yang sangat luas seperti filosopi hidup dan ideologi kita sebagai manusia. Sahabat Al Hilal, Ketika ingin mencari keridhoan dari Allah SWT berarti kita harus mengikuti serta melaksanakan kewajiban yang telah Allah SWT perintahkan kepada kita sebagai umat-Nya bukan?

Sahabat Al Hilal, Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Ibnu Hibban

مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ وَمَنْ أَسْخَطَ النَّاسَ بِرِضَا اللهِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ

Barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia. Dan barangsiapa membuat manusia murka dengan keridhoan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kejahatan manusia.” (HR. Ibnu Hibban)

Dalam hadist tersebut pula, kita dapat melihat tentang bagaimana Allah SWT akan murka kepada hamba-Nya Ketika seorang hamba tersebut hanya mencari keridhoan serta sanjungan dari sesama manusia tanpa melihat terlebih dahulu apakah Allah SWT meridhoi perbuatan kita atau ternyata perbuatan yang kita lakukan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang dalam agama atau perbuatan yang kita lakukan itu merupakan suatu perbuatan yang teramat dibenci Allah SWT.

Sahabat Al Hilal, sebaiknya kita sebagai manusia melakukan suatu hal hanya untuk dikenang dan dipuji oleh manusia tanpa melihat bagaimana Allah SWT sudah ridho terhadap apa yang kita lakukan dan kerjakan selama ini. Karena, sungguh Allah SWT tempat kita berserah dan Allah SWT lah yang memberikan keridhoan atas kehidupan kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syuura ayat 11 yang berbunyi

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya, dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura: 11).

Maka dari itu, mulai sekarang marilah kita mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan, baik itu yang hukumnya sunnah maupun mubah, hendaknya diniatkan semata-mata karena mengharap keridhoan serta balasan hanya dari Allah SWT. InsyaAllah keridhoan Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang tercurah untuk kita sebagai hamba-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telepon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 0275

©️ Laz Al Hilal Copyright

Penyaluran Wakaf Quran Korban Gemba Mamuju

Wakaf Quran Untuk Korban Gempa Mamuju
Kegiatan Penyaluran Wakaf oleh sahabat Al-Hilal

LAZ AL HILAL – Alhamdulillah pengiriman wakaf Quran untuk korban gempa di Mamuju, Sulawesi Selatan pada telah dikirimkan pada Kamis (04/02/2021) oleh para Relawan Al Hilal di Makassar. Dalam pengiriman wakaf Quran untuk korban gempa ke Mamuju berjumlah 13 dus. Setelah sebelumnya pada tanggal 12-19 Januari 2021 tim sebar wakaf Quran telah berangkat ke Lampung untuk program Sebar Wakaf Quran.

Sahabat Al Hilal, dalam pelaksanaan pengiriman wakaf Quran oleh tim relawan Al Hilal Makassar membawa sebanyak 200 iqro, 200 buku anak, dan 400 Al Quran untuk dibagikan dan disalurkan pada warga yang terdampak akibat bencana gempa bumi tersebut.

Dalam program penyaluran wakaf Quran ke Mamuju, Sulawesi Selatan pun bertujuan agar para korban dan warga yang terdampak bencana alam gempa gumi dapat memiliki Al Quran, Iqro, dan buku anak. Dapat kita ketahui, dampak dari gempa bumi tersebut banyak pesantren, masjid, dan TPA/TPQ mengalami kerusakan yang berakibat kitab suci dan buku-buku belajar para santri yang masih kecil rusak bahkan hilang.

Semoga para relawan Al Hilal Makassar dapat menyelesaikan misi nya dalam membagikan dan menyalurkan wakaf Quran untuk para korban dan warga yang terdampak dalam gempa bumi Mamuju. Dan Al Quran yang di wakafkan menjadi pahala jariyyah yg manfaatnya tidak putus baik di dunia maupun di akhirat. Amiin Ya Rabbal Alamin 🤲😇

Informasi & Call Center

🌐 Website: www.alhilal.or.id

☎ Telepon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Ketika Allah Mencintai Seorang Hamba

LAZ al-Hilal – Kita sebagai umat muslim tentunya mengharapkan keridhoan serta kasih sayang dari Allah SWT di setiap langkah serta apapun yang kita kerjakan di dunia ini.

Karena sejatinya, tidak ada kebahagiaan yang dicari oleh setiap hamba selain dicintai oleh sang pencipta-Nya, Allah SWT.

Tentunya, setiap cara dan upaya akan dilakukan untuk mendapatkan ridho serta kasih sayang dari Allah SWT, baik berlomba-lomba untuk melakukan yang terbaik, beribadah, beraktivitas, atau bahkan semua yang kita lakukan.

Sahabat Al Hilal, tentunya ketika kita ingin mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT, InsyaAllah yang akan kita dapatkan kelak yaitu kenikmatan dunia dan akhirat yang kekal nanti.

Bahkan Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Bukhari,

“Apabila Allah mencintai seorang hamba maka ia menyuruh Jibril. Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah ia, maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyeru penduduk langit,”Sesungguhnya Allah mencintai Si Fulan maka cintailah ia, maka penduduk langit pun mencintainya. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penduduk di bumi.”

(HR. Bukhari)

Lalu, bagaimana sih Sahabat Al Hilal jika Allah SWT telah mencintai dan menyayangi seorang hamba?

Dilansir dari channel youtube NS BOR CHANNEL, tanda-tanda Allah SWT telah mencintai dan menyayangi seorang hamba diantara nya yaitu:

1. Dibukanya pintu amal sholeh sebelum kematian

Rasulullah SAW bersabda :

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan ia beramal, lalu dikatakan : apakah maksud dijadikan beramal itu?

Beliau bersabda :

“Allah bukakan untuknya amalan Soleh sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridho kepadanya.”

(HR. Ahmad dan Al-Hakim)

Dari hadist tersebut sudah jelas dikatakan bahwa, jika Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah akan menjadikan hamba tersebut beramal soleh sebelum wafatnya dan menjadikan hamba tersebut senantiasa bertaubat kepada Allah SWT atas segala kesalahannya, dan menjadikan hamba tersebut meninggal dengan keadaan Husnul Khotimah.

2. Dipercepat sanksinya di dunia

Meskipun salah satu tanda seseorang yang dicintai Allah SWT adalah dipercepat sanksinya di dunia, akan tetapi kita tidak dianjurkan untuk meminta kepada Allah agar dipercepat sanksi kita di dunia karena belum tentu kita akan sanggup untuk menghadapinya.

3. Difaqihkan Dalam Urusan Agama

Yang dimaksud difaqihkan adalah pemahaman yang Allah SWT berikan kepada seorang hamba sehingga ia mendapat pemahaman yang lurus terhadap Al-Qur’an hadist.

4. Diberikan Ujian (Cobaan)

Sahabat Al Hilal, Rasulullah SAW pernah bersabda :

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah”.

(HR Bukhari dan Ahmad)

Musibah tidak selalu berkaitan dengan azab Allah yang ditimpakan kepada kita tetapi musibah sebetulnya adalah ujian bagi seorang hamba untuk menguji tingkat ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

5. Diberikan Kesabaran

Rasulullah SAW pun pernah bersabda :

Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi setiap laranganNya, iman dan kesabaran sangatlah diperlukan. Karena iblis dan bala tentaranya tak akan pernah diam untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.

Sungguh, ketika kita sedang dicintai oleh Allah SWT, maka beruntunglah seorang hamba tersebut.

Sahabat Al Hilal, semoga kita merupakan salah satu hamba yang dicintai oleh Allah SWT, Aamiin ya Rabbal Alamin. Karena sesungguhnya sangat lah beruntung seorang hamba yang dicintai Allah SWT tersebut.

Ketampanan Nabi Yusuf

LAZ AL HILAL – Sahabat Al Hilal, pernah dengar dengan kisah seorang wanita tidak sadar mengiris tangannya secara tidak sadar? Allah SWT telah menciptakan manusia dengan begitu sempurna dibanding dengan makhluk lainnya.

Kaum wanita diciptakan dengan begitu cantik, dan kaum pria diciptakan begitu tampan. Tetapi, untuk kaum pria, siapa sih sesungguhnya orang yang paling tampan di dunia? Sebagian besar kaum wanita, atau mungkin para pria Sebagian besar pasti akan menjawab Nabi Yusuf as.

Menurut banyak ulama, Nabi Yusuf as yang merupakan putra dari Nabi Yakub as ini merupakan seorang laki-laki yang ketampanannya tidak ada yang bisa menandinginya hingga saat ini.

Apakah sahabat Al Hilal dapat membayangkan bagaimana ketampanan yang dimiliki oleh Nabi Yusuf as?

Bisa dikatakan, jika kita melihat pria paling tampan dimuka bumi pada zaman sekarang, ketampanan yang dimilikinya saat ini belum ada apa-apa dibanding Nabi Yusuf as.

Diceritakan, Nabi Yusuf as pernah mengabdi kepada majikannya, yang bernama Al Aziz yang memiliki istri bernama Zulaikha.

Istri dari majikan Nabi Yusuf as yang parasnya cantik, memiliki kekayaan yang berlimpah pun jatuh cinta kepada Nabi Yusuf as yang memiliki ketampanan yang tidak hanya ketampanan saja, tetapi hati dan akhlak yang dimiliki oleh Nabi Yusuf as.

Sahabat Al Hilal, konon Zulaikha beberapa kali mengejar cinta Nabi Yusuf as walaupun ia sudah memiliki suami yang tak lain adalah majikan dari Nabi Yusuf as itu sendiri.

Beberapa kali Zulaikha menggoda Nabi Yusuf untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.

Berbekal dengan ketaan Nabi Yusuf, Alhamdulillah beliau mampu menolak bujuk rayu yang dilakukan oleh Zulaikha dan saat itu juga Zulaikha merasa keweca.

Dilain cerita, Ketika Zulaikha sedang melangsungkan acara di rumahnya, Zulaikha membawa tema-temannya untuk memperlihatkan bagaimana ketampanan Nabi Yusuf yang membuat Zulaikha sangat jatuh cinta kepadanya.

Zulaikha meminta Nabi Yusuf untuk berjalan melewati para wanita yang sedang mengupas apel dengan pisau mereka masing-masing.

Nabi Yusuf yang menuruti perintah Zulaikha pun sontak membuat para tamu-tamu terpanah sambil berkata “Ini bukan manusia, ini malaikat.”

Para tamu yang masih terbius dengan ketampanan Nabi Yusuf as itu bahkan secara tidak sadar telah mengupas jari-jari tangan mereka.

Tajamnya pisau yang sejatinya untuk mengupas apel itu bahkan tidak dirasakan mereka karena seolah telah hilang kesadaran karena ketampanan Nabi Yusuf as.

Tetapi, apakah Allah SWT mengirimkan Nabi Yusuf as untuk Zulaikha?

Allah SWT mengirimkan Nabi Yusuf untuk Zulaikha, tetapi dengan berbagai rintangan dan tidak semulus yang kita bayangkan.

Ketika Zulaikha mengejar Nabi Yusuf (makhluk-Nya) maka Allah menjauhkannya, lalu ketika Zulaikha mendekati Allah, didekatkanlah Zulaikha dengan Nabi Yusuf hingga menjadi pasangan suami istri.

Laporan Keuangan LAZ Al Hilal Meraih WTP Tahun 2020

laporan keuangan wtp 2020

LAZ AL HILAL – Laporan keuangan LAZISWAF Al Hilal 2020 telah selesai diaudit oleh kantor akuntan publik dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Atas laporan keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik tahun anggaran 2020 tersebut diserahkan langsung oleh Direktur LAZISWAF Al Hilal, Iwan Setiawan kepada ketua Yayasan Al Hilal, H. Nandang pada Sabtu (30/01/2021) bersamaan dengan kegiatan pengecoran pertama gedung asrama santri yatim Pesantren Al Hilal di Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Direktur LAZISWAF Al Hilal, Iwan Setiawan bersama Ketua Yayasan Al Hilal Rancapanggung secara tuntas telah merekap seluruh laporan keuangan disertai dengan bukti dukungan yang solid dan valid pada tanggal 31 Desember 2020 sekaligus menutup laporan keuangan untuk tahun yang berakhir.

Pada tanggal tersebut pula telah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan PSAK 45.

laporan keuangan wtp 2020

Seluruh informasi yang ada dalam Laporan keuangan LAZ Al Hilal Rancapanggung telah dimuat dan direkap secara lengkap dan benar tanpa adanya unsur-unsur yang fiktif, tidak mengandung informasi atau fakta material yang tidak benar, dan tidak menghilangkan informasi atau fakta material.

Selanjutnya, seluruh dokumen transaksi seperti catatan keuangan dan pembukuan serta dokumen yang mendukung pun telah lengkap disusun dan disimpan secara rapi oleh LAZ Al Hilal sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

Keberhasilan LAZ Al Hilal meraih opini WTP dari kantor akuntan publik merupakan penghargaan tertinggi atas proses peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan yang telah dilakukan oleh LAZ Al Hilal.

Hal ini juga menjadi komitmen nyata LAZ Al Hilal yang telah diwujudkan melalui berbagai upaya perbaikan secara terus menerus dengan selalu bersinergi bersama tanpa kecuali.

laporan keuangan wtp 2020

Terimakasih kepada seluruh donatur LAZ Al Hilal, dan tentunya untuk seluruh pihak yang telah membantu.

Terimakasih kami ucapkan, karena telah dengan ikhlas menyisihkan sebagian rezekinya untuk ikut bersama menjalankan dan mensukseskan seluruh program-program LAZ Al Hilal tak terkecuali untuk kebutuhan para santri Pesantren Al Hilal.

Semoga amal kebaikan yang tercurah menjadi amal jariyah yang manfaatnya tidak akan putus, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Yayasan Al Hilal, semua donasi zakat sedekah wakaf 100% disalurkan. Tidak dipotong untuk gaji amil. Gaji amil berasal dari sumber lain.

Informasi & Call Center

☎ Telpon: 022-2005079

📱 WA: 081 2222 02751

Bolehkah Bersedekah Pada Pengemis yang Pura-Pura Miskin

Laz Al Hilal, Bandung – Ingatlah, kita hanya punya tugas menghukumi seseorang sesuai lahiriyah yang kita lihat, karena kita tak bisa menerawang isi hatinya. Pelajaran ini bisa kita ambil dari kisah Usamah bin Zaid berikut ini:

Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata:

Rasulullah mengutus kami ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kami serang mereka secara tiba-tiba pada pagi hari di tempat air mereka. Saya dan seseorang dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka. Setelah kami dekat dengannya, ia lalu mengucapkan Laa ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar menahan diri dari membunuhnya, sedangkan aku menusuknya dengan tombakku hingga membuatnya terbunuh.

Sesampainya di Madinah, peristiwa itu didengar oleh Nabi ﷺ. Kemudian beliau ﷺ bertanya padaku:

« يَا أُسَامَةُ أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ » قُلْتُ كَانَ مُتَعَوِّذًا . فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّى لَمْ أَكُنْ أَسْلَمْتُ قَبْلَ ذَلِكَ الْيَوْمِ

“Hai Usamah, apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa ilaha illallah?”

Saya berkata:

“Wahai Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya ingin mencari perlindungan diri saja, sedangkan hatinya tidak meyakini hal itu.”

Beliau ﷺ bersabda lagi:

“Apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa ilaha illallah?” Ucapan itu terus menerus diulang oleh Nabi ﷺ, hingga saya mengharapkan bahwa saya belum masuk Islam sebelum hari itu.”

[HR. Bukhari no. 4269 dan Muslim no. 96]

Dalam Riwayat Muslim disebutkan, lalu Rasulullah ﷺ bersabda:

أَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَقَتَلْتَهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلاَحِ. قَالَ أَفَلاَ شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لاَ فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَىَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّى أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ

“Bukankah ia telah mengucapkan Laa ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab: “Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu semata-mata karena ia takut dari senjata.”

Beliau ﷺ bersabda:

“Mengapa engkau tidak belah saja hatinya hingga engkau dapat mengetahui, apakah ia mengucapkannya karena takut saja atau tidak?” Beliau ﷺ mengulang-ngulang ucapan tersebut hingga aku berharap, seandainya aku masuk Islam hari itu saja.

Ketika menyebutkan hadis di atas, Imam Nawawi menjelaskan, bahwa maksud dari kalimat “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya hingga engkau dapat mengetahui, apakah ia mengucapkannya karena takut saja atau tidak?” adalah kita hanya dibebani dengan menyikapi seseorang dari lahiriyahnya dan sesuatu yang keluar dari lisannya.

Sedangkan hati, itu bukan urusan kita. Kita tidak punya kemampuan menilai isi hati. Cukup nilailah seseorang dari lisannya saja (lahiriyah saja). Jangan tuntut lainnya. [Lihat Syarh Shahih Muslim, 2: 90-91]

Setiap Orang Akan Diganjar Sesuai yang Ia Niatkan

Coba ambil pelajaran dari hadis berikut:

Dari Abu Yazid Ma’an bin Yazid bin Al-Akhnas radhiyallahu ‘anhum, -ia, ayah dan kakeknya termasuk sahabat Nabi ﷺ, di mana Ma’an berkata, bahwa ayahnya yaitu Yazid pernah mengeluarkan beberapa Dinar untuk niatan sedekah.

Ayahnya meletakkan uang tersebut di sisi seseorang yang ada di masjid (maksudnya: ayahnya mewakilkan sedekah tadi pada orang yang ada di masjid, -pen).

Lantas Ma’an pun mengambil uang tadi, lalu ia menemui ayahnya dengan membawa uang Dinar tersebut.

Kemudian ayah Ma’an (Yazid) berkata: “Sedekah itu sebenarnya bukan kutujukan padamu.” Ma’an pun mengadukan masalah tersebut kepada Rasulullah ﷺ. Lalu beliau ﷺ bersabda:

لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ

“Engkau dapati apa yang engkau niatkan wahai Yazid. Sedangkan wahai Ma’an, engkau boleh mengambil apa yang engkau dapati.”

[HR. Bukhari no. 1422]

Dari hadis ini, Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata,

“Orang yang bersedekah akan dicatat pahala sesuai yang ia niatkan, baik yang ia beri sedekah secara lahiriyah pantas menerimanya ataukah tidak.”

[Fath Al-Bari, 3: 292]

Hal di atas sesuai pula dengan hadis Umar, Rasululah ﷺ bersabda:

وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى

“Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.”

[HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

Misal, ada pengemis yang mengetok pintu rumah kita, apakah kita memberinya sedekah ataukah tidak? Padahal nampak secara lahiriyah, dia miskin.

Jawabannya, tetap diberi. Kalau pun kita keliru karena di balik itu bisa jadi ia adalah orang yang kaya raya, tetap Allah catat niat kita untuk bersedekah. Sedangkan ia mendapatkan dosa karena memanfaatkan harta yang sebenarnya tak pantas ia terima.

Begitu pula kalau ada yang menawarkan proposal pembangunan masjid. Secara lahiriyah atau zhahir yang nampak, kita tahu yang sodorkan proposal memang benar-benar butuh. Lalu kita berikan bantuan.

Bagaimana kalau dana yang diserahkan disalahgunakan? Apakah kita tetap dapat pahala?

Jawabannya, kita mendapatkan pahala sesuai niatan baik kita. Sedangkan yang menyalahgunakan, dialah yang mendapatkan dosa. Subhanallah. Mulia sekali syariat Islam ini.

Jangan Manjakan Pengemis dan Pengamen Jalanan

Sahabat Al Hilal ingat jangan manjakan pengemis, apalagi pengemis yang malas bekerja seperti yang berada di pinggiran jalan. Apalagi dengan mengamen, melantunkan nyanyian musik yang haram untuk didengar.

Kebanyakan mereka malah tidak jelas agamanya, salat juga tidak. Begitu pula sedikit yang mau perhatian pada puasa Ramadan yang wajib.

Carilah orang yang saleh yang lebih berhak untuk diberi, yaitu orang miskin yang sudah berusaha bekerja, namun tidak mendapatkan penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarganya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi ﷺ bersabda:

لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا

“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia pun malu, atau tidak meminta dengan cara mendesak.”

(HR. Bukhari no. 1476)

Wallahu waliyyut taufiq. Hanya Allah yang memberi taufik.

Kegiatan Santunan Yatim dan Dhuafa

Alhamdulilah pada hari (01/02) Pesantren Al Hilal, Cirebon telah melaksanakan salah satu program wajib di akhir bulan yaitu “Kegiatan Santunan Untuk Anak Yatim Dhuafa” dan kegiatan ini berjalan dengan lancar.⁣⁣

Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Pesantren Al Hilal, Cirebon kepada anak-anak yatim piatu dan dhuafa di wilayah sekitar, dan kegiatan ini ada penyerahan bantuan berupa sembako dan sejumlah uang tunai. ⁣⁣

Pastinya memberikan hak fakir miskin dengan cara memberikan sedekah, disayangi, dikasihi dan sangat membantu meringankan beban penderitaannya. Sesuai dengan Q.S Al-Isra (17) ayat 26 dan Q.S Al-Fajr (89) ayat 17-20).⁣⁣⁣⁣

  1. Memuliakan anak yatim.⁣⁣
  2. Menumbuhkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan.⁣⁣
  3. Upaya mengentaskan kemiskinan⁣⁣
  4. Memupuk pribadi yang baik bebagi dan berkasih sayang terhadap sesama⁣⁣
  5. Mempererat persaudaraan sesama muslim saling membantu dalam beramal baik.⁣⁣
  6. Menjadi fasilitator yang amanah bagi kaum aghnia (mampu) dan kaum yatim dan dhuafa.⁣⁣

Dan tidak lupa terima kasih kepada para donatur yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mudah-mudahan bantuan yang diberikan dapat membawa kebaikan untuk para donatur sekalian. Amiin Ya Rabb.⁣⁣

Insya Allah kegiatan ini akan terus berlanjut, kami mohon do’a nya dari dan untuk donatur semoga segala kegiatan positif ini bisa berjalan dengan lancar dan penuh dengan keberkahan. . . aamin

Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.alhilal.or.id⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telpon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣

H-70 Ramadhan, Kenapa Mayit Memilih “BERSEDEKAH” Jika Bisa Kembali Hidup ke Dunia?

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ⁣

“Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?”⁣

Tidaklah seorang mayit menyebutkan “Sedekah” kecuali karena dia melihat besarnya pahala dan imbas baiknya setelah dia meninggal.⁣

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,⁣
”Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskan perkara-perkara di antara manusia.” (HR. Ahmad)⁣

Sahabat Al Hilal maka dari itu, perbanyaklah bersedekah, karena seorang mukmin akan berada dibawah naungan sedekahnya di akhirat nanti. Yuk sedekah sekarang juga!⁣

Rekening Sedekah Al Hilal⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
Bank Mandiri⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🏧 1320012549953⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
A.n YAYASAN AL HILAL ⁣RANCAPANGGUNG⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣

⁣⁣Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telpon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣

5 Keutamaan Hari Senin yang Bikin Kamu Lebih Semangat

Laz Al Hilal, Bandung – Sahabat Al Hilal, sebuah penelitian dari The European Journal of Epidemiology menunjukkan bahwa detak jantung manusia dapat berpengaruh pada kesehatan. Detak jantung seseorang juga akan semakin meningkat di hari Senin. Itulah mengapa banyak orang yang enggan menghadapi hari Senin.

Hal ini dikarenakan banyak para pekerja yang harus kembali merasakan stres setelah beristirahat dua hari. Meskipun banyak yang malas memulai aktivitas di hari Senin, nyatanya ada banyak keutamaan hari Senin yang bisa kamu dapatkan. Ini 7 keutamaan hari Senin yang perlu kamu ketahui, dilansir detikcom dari berbagai sumber:

Lahirnya Nabi Muhammad SAW

Senin adalah hari di mana Nabi Muhammad lahir dan wafat. Ini tentu menjadi hari yang spesial bagi umat Muslim.

Nabi Muhammad menjadi penutup para nabi. Dalam QS Al-Ahzab 21 menyebutkan, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Hari yang Dianjurkan Rasul untuk Berpuasa

Jangan membenci hari Senin, pasalnya hari ini adalah hari yang mulia. Rasulullah juga menyarankan untuk umat Muslim berpuasa Senin dan Kamis.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan alasan puasanya pada kedua hari ini dengan sabdanya,
“تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.”
“Amal-amal manusia diperiksa pada setiap hari Senin dan Kamis, maka aku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. At-Tirmidzi dan lainnya)

Terbukanya Pintu Surga

Selain kelahiran Nabi Muhammad, keutamaan hari Senin adalah terbukanya pintu-pintu surga. Di hari Senin dan Kamis, orang-orang Mukmin diampuni, kecuali dua orang Mukmin yang sedang bermusuhan.

Dalil yang menguatkan hal ini adalah hadits yang termaktub dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا.”

Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan.

Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.”

Hari Diturunkannya Al-Qur’an

Jangan membenci hari Senin ya, karena hari ini adalah diturunkannya wahyu. Dalam bagian dari hadist Abu Qatadah al-Anshari Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebutkan:

“ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ.”

Hari tersebut merupakan hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkannya al-Qur’an kepadaku pada hari tersebut.”

Hari Mendapatkan Ampunan

Keutamaan meninggal hari Senin juga memiliki makna tersendiri. Di hari Senin juga amalam manusia akan diangkat dan pintu surga terbuka. Sehingga Rasulullah menganjurkan untuk umat Muslim puasa Senin dan Kamis.

×