IQRA adalah kata pertama
yang disampaikan Malaikat Allah Jibril ‘alahissallam kepada Nabiyullah Muhammad
bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wassallam di usia hampir menginjak 40 tahun
sekaligus Mitsaqan Ghalizha (ikatan kuat) pemberian amanah Kerasulan terakhir
di Gua Hira di Jabal Nur yang berjarak sekitar dua mil dari Kota Mekah pada
malam hari Senin 21 Ramadhan yang bertepatan dengan 10 Agustus 610M (Syaikh
Shafiyurrahman Al Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, hal.82, Arkan Leema),
wallahu’alam.
IQRA adalah kata
perintah yang diterjemahkan ‘bacalah’. Nalar menggelitik karena penerawangan
bahwa situasi gua yang tentunya gelap gulita hanya mengandalkan cahaya bulan
yang menerobos di sela-sela jalan masuk ke gua, tidak adanya bahan untuk
dibaca, sosok Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam yang dijelaskan Al
Quran seorang yang tidak pandai membaca dan menulis (ummi) – (QS.7
Al A’raf : 157
dan QS.29 Al Ankabut : 48) membawa
diri dalam renungan apa maksud perintah membaca ini ?
Kata IQRA ditemukan dalam Al Quran ada pada
2 ayat, yakni Surat 96 Al ‘Alaq ayat
pertama
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ “ Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu
yang Menciptakan “
Dan pada Surat 17 Al Isra ayat ke 14
اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ
”
Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu “
Maka difahami bahwa
aktivitas IQRA lah langkah ikhtiar kita guna meraih kebahagiaan yakni
keselamatan di dunia dan di akhirat. IQRA saat di dunia berdasar kepada Al
Quran Surat 96 Al ‘Alaq ayat 1 menurut Syeikh ‘Abdul Halim Mahmud rahimahullah,
mantan pemimpin tertinggi Universitas Al-Azhar Mesir pernah mengatakan,“ Membaca
disini adalah lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang
sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan jiwanya
ingin menyatakan ‘bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah
demi Tuhanmu’ (Prof. Quraish Shihab, ‘Dia Dimana-Mana : Tangan Tuhan Di Balik Setiap
Fenomena, Lentera Hati)
Maka responlah atau
sikapilah situasi kehidupan di dunia dengan membacanya atas nama Allah Rabb
Pencipta manusia. Dalam arti dasarilah respon tadi berdasarkan petunjuk Al
Quran Al Kariem yang diterjemahkan dengan sangat sempurna lewat sosok Uswatun
Hasanah kita, Nabiyullah Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam.
Bukan dengan ego dan arogansi liar nalar semata yang sarat dengan
subjektivitas, latar belakang, maupun kepentingan.
Sementara IQRA pada Al
Quran Surat 17 Al Isra ayat 14 adalah iqra saat di akhirat, dimana manusia akan
terbagi menjadi dua golongan. Ada yang membaca kitab catatan amalnya yang
diberikan dari sebelah kanan yang kelak akan meraih kebahagiaan dan ada yang
membaca kitab catatan amalnya diberikan dari arah belakang yang kelak akan
menemukan kesengsaraan akhirat. Perhatikan Al Quran Surat 84 Al Insyiqaq ayat ke 7-15
فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖۙ
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَّسِيْرًاۙ
وَّيَنْقَلِبُ اِلٰٓى اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ
وَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ وَرَاۤءَ ظَهْرِهٖۙ
فَسَوْفَ يَدْعُوْ ثُبُوْرًاۙ
وَّيَصْلٰى سَعِيْرًاۗ
اِنَّهٗ كَانَ فِيْٓ اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًاۗ
اِنَّهٗ ظَنَّ اَنْ لَّنْ يَّحُوْرَ ۛ
بَلٰىۛ اِنَّ رَبَّهٗ كَانَ بِهٖ بَصِيْرًاۗ
(7)
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, (8) Maka dia akan diperiksa dengan
pemeriksaan yang mudah, (9) dan dia
akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. (10) Adapun orang-orang yang diberikan
kitabnya dari belakang, (11) Maka
dia akan berteriak: “Celakalah aku”. (12) dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (13) Sesungguhnya dia dahulu (di dunia)
bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). (14) Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan
kembali (kepada Tuhannya). (15)
(Bukan demikian), yang benar, Sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya “
Optimalkan IQRA di
dunia, semoga kita dimudahkan untuk IQRA di akhirat..aamiin, Yaa Rabbal
‘Alamien
Wallahu’alam
Karya :
Muhammad Syarief Abdurrahman, S.Ag.