Nabi Ibrahim Alaihissalam di uji oleh Alloh dengan perintah menyembelih anaknya yang beliau sangat cintai. Orang tua mana yang tega menyembelih anaknya sendiri ? Namun Ibrahim mampu membuktikan kecintaan kepada Alloh lebih daripada segalanya dan beliau pun dengan penuh ketaatan melaksankan perintah Alloh.
Dengan KeMaha-Murahan dan Kasih Sayang Alloh kemudian digantikanlah Ismail dengan Kambing Gibas.
Allah Ta’ala berfirman,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj : 37)
Terkadang kecintaan
kita terhadap anak anak atau orang tua kita mengalahkan segalanya hingga
melupakan kecintaan yang sesungguhnya yaitu kecitaan yang seharusnya menjadi
haq Alloh, di rengut oleh hamba-Nya. Ini merupakan suatu kesalahan jika Alloh
Subhanahu wa Ta’ala tidak di dahulukan.
Maka dengan itu suri tauladan Nabi Ibrahim Allaihissalam menjadi momentum
terindah bagi kita untuk membuktikan dengan bersegera meraih cinta Alloh yang
sejati dengan berqurban..
Selain itu sudah selayaknya lah kita membahagiakan orang-orang yang dalam keseharianya jangankan memakan daging untuk makan seadanya saja harus bergelut dengan keringat hingga mengorbakan nyawa, di negeri kita pun masih banyak orang-orang yang kekurangan gizi, karena sulitnya memperjuangkan hidup. Sebagai bukti kecintaan kita terhadap Alloh dan rasa peduli kita terhadap sesama maka berqurban dengan qurban terbaiklah jalan untuk meraih kemuliaan dan jalan untuk membahagiakan saudara-saudara kita.