Sejak bulan lalu, jutaan saudara muslim di dunia berbondong-bondong men jadi tamu Allah dalam menyempurnakan rukun Islam. Dari segala penjuru mereka mendatangi langsung kiblat shalatnya dan menjalankan rukun-rukun haji. Layaknya saudara muslim di tanah air, sejak pekan ketiga Agustus, secara bergiliran mereka berangkat menuju Tanah Suci.
Hari raya tersebut merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang muslim, sebab hari tersebut berkaitan dengan sejarah kemanusia an yang direkam lewat ibadah haji dan kurban. Ibadah haji yang terdiri dari umrah dan haji merupakan titik kulminasi dari proses pencarian kesempurnaan hidup baik secara individu dan sosial. Dimana semua bermuhasabah kepada Allah SWT dalam takaran mendekatkan diri dan menggapai ridha-Nya.
Ketika para calon haji mening gal kan rumahnya, berpisah dengan keluarga, sanak saudara dan orangorang dekat yang dicintai, meninggalkan harta bendanya selain bekal yang diperlukan selama perjalanannya. Mereka pun harus meninggalkan negeri, kampung halaman, dan tanah air kelahirannya untuk memenuhi panggil an Allah SWT menuju tanah suci.
Peristiwa itulah yang akan terjadi ketika seseorang dipanggil oleh Allah SWT dengan kematian menuju tanah abadi (kubur). Semua itu menjadi pengingat kita kepada kematian dan perjalanan akhirat. Dengan demikian seseorang yang akan menunaikan iba dah haji diharapkan lebih me nyadari dan memahami makna dari per jalanan yang sebaik-baiknya, ke mudian diaplikasikan dalam ke hidupan.
Ibadah haji dan kurban seperti kesatuan penghambaan terhadap Allah SWT yang tak dapat dipisahkan satu sama lain, baik dari sisi historis, waktu pelaksanaan, dan fadhilah atau manfaatnya. Umat Islam di seluruh penjuru dunia mengiringi Haji dengan melaksanakan sholat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban sebagai syi’ar agama Allah.
Seperti firman Allah SWT dalam surat Al Kautsar, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” Idul Adha sendiri maknanya adalah kembali berkurban, yakni menyembelih kambing, sapi, atau unta, dengan syarat-syarat tertentu.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA, ia berkata, bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya Kurban, lebih dicintai Allah selain dari menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak di hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulubulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan pahala kurban itu,” (HR. Tirmidzi, no: 1413).
Sebagai kompilasi beribadah, Haji dan Kurban secara normatif merupakan syariat yang terkait dan disyariatkan pada tahun yang sama, yaitu pada tahun ke-6 Hijriah. Kedua, syariat tersebut ditetapkan oleh Allah bukan tanpa tujuan. Tetapi sesungguhnya melalui sarana ibadah haji dan kurban manusia dapat berkomunikasi secara spiritual dengan Tuhannya.
Secara garis besar ada dua tujuan utama dalam ibadah haji dan kurban yaitu pertama, melalui syariat ibadah tersebut Allah sengaja memberikan kesempatan kepada manusia untuk berkompetisi dalam hidupnya, me mi lih sesuatu yang baik diantara yang jelek bagi dirinya baik secara individual maupun secara komunal dan sosial. Kedua, melalui sarana ibadah manusia dapat secara bertahap menuju kesempurnaan jiwa yang tidak akan berakhir dengan kematian dan tidak berakhir dalam batas-batas dunia.