Contacts

92 Bowery St., NY 10013

thepascal@mail.com

+1 800 123 456 789

Kategori: Blog

Kebaikan Yang Akan Terus Kekal

Sahabat Al Hilal dalam menjalani hidup yang tidak mudah ini, rasa letih adalah hal yang wajar karena kita manusia biasa. Yang penting kita jangan berlarut dalam keletihan kemudian berujung menyerah.⁣

Saat kita letih karena berbuat kebaikan itu jauh lebih baik, walau dalam pelaksanaannya kita harus berjuang dengan keras. Namun tahukah sahabat? Keletihan itu akan hilang namun kebaikan yang kamu lakukan akan kekal.⁣

Sebaliknya, saat kita bersenang-senang dengan perbuatan buruk, kesenangan itu sementara dan akan hilang. Namun keburukannya akan kekal. Jika itu perbuatan dosa, maka dosa yang akan kekal. Naudzubillah. Semoga Allah melindungi kita dari sibuk-sibuk yang tidak bermanfaat ya sahabat. Aamiin.⁣

Ada juga kebaikan yang bisa kita raih dan akan kekal kebaikannya lho. Yaitu dengan menunaikan wakaf.⁣

Wakaf sekali, pahalanya Abadi. Wakaf salah satu amal jariyah yang pahalanya kekal abadi dan akan terus mengalir walau kita sudah meninggal.⁣

Yuk raih kebaikan yang kekal dengan berwakaf.⁣

Rekening Wakaf Al Hilal⁣
Bank Mandiri⁣⁣⁣⁣⁣
🏧 132.00.1565.333.1⁣⁣
A.n YAYASAN AL HILAL ⁣RANCAPANGGUNG⁣

Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.alhilal.or.id⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telpon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
©️ Laz Al Hilal Copyright Picture⁣⁣⁣

Jangan Sia-siakan Berbakti Kepada Kedua Orangtua

Berbakti kepada orang tua ialah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap manusia, bukan hanya umat muslim. Dalam islam, berbakti kepada orang tua ialah salah satu amalan amalan yang paling tinggi derajatnya dan mulia, dalam hadits nabi disebutkan, ketika beliau menjawab pertanyaan para sahabat tentang amal-amal sholeh yang paling tinggi dan mulia.⁣⁣

“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)⁣⁣

Jadi jangan lupa ya untuk selalu berbuat kebaikan kepada orang tua, dan jangan pernah disia-sia kan. Karena dalam hadits nabi bahwa ridho-Nya Allah itu tergantung kepada ridhonya orang tua dan murka-Nya Allah itu tergantung kepada murkanya orang tua.⁣⁣

Sahabat Al Hilal ini adalah cara-cara berbakti kepada orang tuanya yang sudah mendahului mereka. Ada tiga yang cara, caranya adalah:

  1. Rajin-rajin untuk mendoakan orang tuanya yang telah meninggal. ⁣⁣
  2. Melakukan silaturahim kepada keluarga orang tua “datangi nenek, kakek, tante, oom, paman orang tua kalian, jalin silaturahim yang kuat.
  3. Beramal sholeh, melakukan sedekah dan menghajikan orang tua “lakukanlah sedekah, dengan niat untuk orang tua begitu juga haji, meski tidak dilafazkan tidak apa apa, asalkan di hati sudah niat untuk menghajikannya.⁣⁣

Sahabat Al Hilal kita sebagai umat muslim, sudah kewajiban kita untuk membahagiakan orang tua, sebab ialah yang telah membesarkan kita dan tak henti-hentinya mendoakan anak-anaknya dan jangan sampai disia siakan. ⁣⁣

Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telpon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
©️ Pesantren Al Hilal Copyright Picture⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣

Manajemen Waktu ala Ibnu ‘Aqil

LAZ AL HILAL – Manajemen waktu ala ibnu ‘aqil
Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Adz-Dza`il ‘Ala Thabaqat al-Hanabilah menyebutkan biografi Ibnu ‘Aqil al-Hanbali dari Ibnu Jauzi rahimahullah,

“Ibnu Aqil selalu menyibukkan diri dengan ilmu. Sampai-sampai aku pernah melihat tulisannya yang berbunyi,
‘Tidak selayaknya aku menyia-nyiakan usiaku meski sesaat. Oleh karena itu, apabila telah lelah lisanku dari mengulang-ulang hafalan atau berdiskusi dan kedua mataku dari membaca, maka aku memaksimalkan fungsi otakku ketika beristirahat. Aku tidak akan pergi dari tempatku sampai mengetahui sebuah masalah yang akan kutulis. Sungguh, pada usia 80 tahun ambisiku terhadap ilmu lebih tinggi daripada saat usia 20 tahun’.”

Ibnu Rajab al-Hanbali menukil pernyataan Ibnu ‘Aqil berkenaan dengan dirinya,

“Aku berusaha membatasi seminimal mungkin waktu makanku. Sampai-sampai aku lebih menyukai makan roti kering yang dicelupkan ke dalam air agar mudah dicerna dan dikunyah daripada harus memakan roti biasa. Hal itu ku lakukan agar waktu membacaku lebih banyak sehingga bisa menulis ilmu yang belum ku ketahui.”

Dari hal diatas dapat kita petik hikmah bahwa kita harus memanfaatkan waktu yang kita miliki semaksimal dan seefisien mungkin dan tentunya digunakan untuk hal yang bermanfaat.

Semoga waktu kita tidak terbuang sia-sia dan dipenuhi dengan keberkahan. Aamiin. . .

Informasi & Call Center
🌐 Website: www.alhilal.or.id
☎ Telpon: 022-2005079
📱 WA: 081 2222 02751
©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

6 Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keistiqomahan

LAZ AL HILAL – 6 Faktor yang dapat mempengaruhi rusaknya keistiqomahan.

Bismillahirrahmanirrahim. . .

Secara umum faktor yang dapat mempengaruhi rusaknya keistiqohamaan kita ada 6 dan hal tersebut dibagi menjadi 2 faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal

Faktor internal terbagi menajdi 3 yaitu kejahilan (lawan dari ilmu), Lalai (berpaling dari kebenaran dan lengah) serta hawa nafsu. Berikut penjelasannya

1. Kejahilan (lawan dari ilmu)

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Ilmu adalah sumber dari segala kebaikan dan kejahilan atau kebodohan adalah sumber segala keburukan.

Kejahilan yang ada pada seorang hamba bisa menyeretnya kepada kehancuran dan akibat yang buruk. Pelakunya bisa saja terjerumus kepada dosa dan maksiat, menyimpang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lurus, serta mengikuti syahwat dan syubat. Kecuali jika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberinya petunjuk untuk kembali kepada jalan yang lurus.

Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Dia akan memberinya ilmu agama yang bermanfaat serta menganugerahkan padanya pemahaman kepada agama yang benar. Sebaliknya, siapa saja yang tidak Allah kehendaki kebaikan atas dirinya maka Allah akan membiarkannya kepada kebodohan. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon agar diberikan ilmu yang bermanfaat dan melindungi kita dari kejahilan.

2. Lalai (berpaling dari kebenaran dan lengah)

Kelengahan yaitu kelalaian yang muncul karena kurangnya kewaspadaan dan kesadaran, hal ini merupakan penyakit yang berbahaya jika menimpa pada seseorang. Karenanya, seorang hamba tidak akan menyibukkan dirinya pada ketaatan dan hal yang tidak bermanfaat. Siapa yang dikuasai oleh kelengahan, disibukkan dengan kelalaian, dan selalu berpaling dari kebenaran, niscaya akan berkurang imannya, serta akan melemah istiqamahnya. Bahkan bisa juga mematikan hati karena berkuasanya syahwat atas dirinya.

Kelengahan adalah sifat yang tercela dan termasuk sifat orang-orang kafir dan munafik. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperigatkannya dengan keras. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)

3. Hawa Nafsu

Kita tahu bahwa hawa nafsu adalah jiwa tercela yang Allah jadikan pada setiap manusia. Jiwa yang tercela ini bisa mendorong seseorang berbuat kejahatan dan mengajaknya pada keburukan. Ini memang tabiat dan watak dasarnya. Kecuali jiwa yang telaah mendapat taufik dari Allah. Tidaklah jiwa seseorang bisa selamat kecuali hanya dengan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا

“… Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya padamu, niscaya tidak seorangpun diantara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya …. (Q.S An-Nur: 21)

Faktor Eksternal

Faktor yang dapat mempengaruhi rusaknya keistiqomahan yaitu faktor eksternal, faktor eksternal terdiri dari teman, godaan dunia dan syaitan.

1. Teman

Disinilah letak pentingnya memilih dalam pertemanan, karena teman yang jahat merupakan perusak yang paling berbahaya. Larangan bergaul dengan teman-teman yang buruk adalah karena manusia yang memiliki tabiat suka meniru dan mengikuti teman-teman dekatnya.

Bergaul dengan para penuntut ilmu akan mengajak jiwanya untuk ikut menuntut ilmu. Sedangkan, bergaul dengan para pelaku maksiat atau ahli bid’ah bisa menjadikan jiwanya mengikuti hal tersebut. Demikianlah seterusnya.

Karena itulah, hendaknya seorang mukmin memilih teman yang bisa mengajaknya kepada kebaikan, mengingatkan tentang akhirat, dan dia mendapatkan manfaat lainnya bila bergaul dengannya. Serta berhati-hati dari dan menjauhi teman yang kita tidak bisa mengambil kebaikan darinya dan sebaliknya begitupun dari teman-teman yang jahat.

2. Godaan Dunia

Faktor berikutnya yaitu godaan dunia yang mana merupakan faktor eksternal yang cukup mempengaruhi keimanan dan keiistiqamahan seorang hamba.

Termasuk hal yang bisa menyebabkan berkurang dan melemahnya iman serta keistiqamahan seorang hamba adalah terlalu menyibukkan dirinya dengan kehidupan dunia yang fana. Menghabiskan waktu hanya untuk mengurus segala hal tentang dunia. Mengikuti dan menikmati berbagai macam kelezatan dunia. Maka, semakin besar ambisi dan cita-cita seorang hamba kepada dunia dan semakin terpaut hatinya dengan dunia, semakin melemahlah semangat untuk mengerjakan berbagai macam ketaatan dan semakin berkurang semangatnya untuk terus istiqamah di atas jalan yang benar.

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Berat tidaknya seorang hamba dalam melaksanakan ketaatan dan dalam mengejar akhirat bergantung kadar ambisi dan kepuasan seorang hamba terhadap dunia.”(Al-Fawa-id (hal 180))

Ada dua hal yang bisa kita lakukan agar tidak tertipu dengan godaan dunia

Pertama: Melihat bahwa dunia begitu cepat hilang, fana dan akan musnah, serta melihat kekurangan dan kerendahannya. Hingga akhirnya hilang dan terputus yang disertai dengan penyesalan. Siapa yang terlalu mengejar dunia maka akan sering merasa sedih ketika tidak mendapatkannya, sedih ketika yang didapatkannya akan hilang, dan sedih ketika terlepas darinya

Kedua: Melihat bahwa akhirat adalah pasti, abadi, akan segera datang, dan kemuliaan apa-apa yang didalamnya berupa berbagai macam keindahan. Serta dengan melihat perbedaan dari dunia dan akhirat yang sangat mencolok, Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ

“Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17)

3. Syaitan

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pengaruh syaitan adalah pengaruh dari luar terkuat yang bisa menyebabkan berkurangnya iman dan rusaknya istiqamah.
Keinginan dan tujuannya hanyalah ingin menggoyahkan keimanan yang ada dalam hati orang-orang yang beriman. Barangsiapa yang mengikuti was-was dan bisikan dari syaitan serta tidak memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala, maka akan melemahlah imannya dan berkurang istiqamahnya.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita tentang bahaya dan akibat yang buruk apabila mengikuti syaitan, serta menjelaskan bahwa syaitan adalah musuh yang nyata bagi orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟ حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

“Sungguh, syaitan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaitan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Wallahu a’lam.

Informasi & Call Center
🌐 Website: www.alhilal.or.id
☎ Telpon: 022-2005079
📱 WA: 081 2222 02751
©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Kisah Romantis Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah bin Ubaidillah bernama lengkap Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Kaab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah, al-Qurasyi at-Taimi al-Makki dan al-Madani, Thalhah merupakan sahabat Rasulullah yang berasal dari suku Quraisy. Karena perjuangan memeluk dan menegakkan syariat Islam, Thalhah bin Ubaidillah diizinkan masuk surga oleh Allah SWT.

Thalhah bin Ubaidillah menghabiskan hartanya untuk kebaikan dan membela islam serta menolong mereka yang membutuhkan. Ia sangat dermawan, sudah begitu banyak manfaat yang ia berikan untuk orang lain sehingga tidak sedikit orang yang mengapresiasikan kedermawannya tersebut. Thalhah merupakan sosok yang selalu turun dalam perang jihad, melindungi Rasulullah, membela dakwahnya, serta menyebarkan risalhanya.

Sahabat Al-Hilal, tahukah kalian jika Thalhah bin Ubaidillah merupakan seorang pria yang begitu sangat mencintai istri Rasulullah SAW yakni Aisyah. Tetapi disisi lain, Thalhah pun merupakan sepupu dari Aisyah.

Diriwayatkan  Ibn Abi Hatim dari Ibn Sa’ad yang bersumber dari Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, dan ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul diceritakan bahwa suatu hari Thalhah sedang berbincang dengan Aisyah, istri Muhammad SAW yang sangat ia cintai.

Ketika ia sedang berbincang dengan Aisyah, Rasulullah datang dengan menunjukkan wajah tidak suka. Rasulullah cemburu, saat itu Rasulullah langsung meminta Aisyah untuk masuk ke dalam kamar tetapi tidak terang-terangan, Rasulullah menggunakan Bahasa isyarat, Aisyah mengerti.

Atas kejadian tersebut Thalhah merasa malu, ia berpamitan sambal bergumam dalam hati hingga bersumpah untuk menunggu Muhammad sampai wafat demi menikahi Aisyah. “Beliau melarangku berbincang dengan Aisyah. Padahal ia adalah sepupuku. Demi Allah, jika beliau telah wafat, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar Aisyah.”

Atas perkataan Thalhah tersebut, Allah SWT menurunkan firmanNya dalam QS Al-Ahzab ayat 53 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ ۚ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ ۚ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.”

Ketika surat itu dibacakan dan Thalhah mendengar surat tersebut, ia menangis, ia malu kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Setelah mendengar surat tersebut, Thalhah mewujudkan cintanya yang besar kepada Aisyah itu dengan hal yang lebih berguna, seperti menyumbangkan hartanya, memerdekakan budaknya, serta menunaikan umrah dengan berjalan kaki sebagai bentuk taubatnya.

Sahabat Al-Hilal, seiring berjalannya waktu Thalhah pun dikaruniai oleh cinta yang lainnya ketika cintanya kepada Aisyah tak sampai. Ia menikahi seorang wanita, dalam pernikahannya ia dikaruniai seorang putri cantik yang ia namai  Aisyah binti Thallhah.

Informasi & Call Center
🌐 Website: www.alhilal.or.id
☎ Telpon: 022-2005079
📱 WA: 081 2222 02751
©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Do’a di Hari Rabu Diantara Dzuhur dan Ashar Mustajab?

LAZ Al Hilal – Waktu antara zhuhur dan ashar di hari Rabu adalah waktu mustajab doa. Dianjurkan untuk memperbanyak doa ketika itu. Sunnah ini banyak belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin.

Diceritakan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, ia berkata:

أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة

“Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berdoa di Masjid Al Fath tiga kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir: ‘Tidaklah ada suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”.

Dalam riwayat lain:

فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر

“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no.704, Ahmad no. 14603, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.3874).

Adapun fikih hadits, bahwa hadits ini adalah dalil dianjurkannya berdoa antara zhuhur dan ashar di hari Rabu, telah dijelaskan para ulama.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, setelah menyatakan lemahnya hadits ini, beliau berkata:

وهذا الحديث يعمل به طائفة من أصحابنا وغيرهم فيتحرون الدعاء في هذا

“Hadits ini diamalkan oleh beberapa orang ulama madzhab kami dan yang selain mereka. Sehingga mereka bersengaja berdoa di waktu tersebut” (Iqtidha’ Shiratil Mustaqim, 1/433).

Al Baihaqi setelah membawakan hadits ini dalam Syu’abul Iman, juga mengatakan :

ويتحرى للدعاء الأوقات والأحوال والمواطن التي يرجى فها الإجابة تماما فأما الأوقات فمنها ما بين الظهر والعصر من يوم الأربعاء

“Hendaknya bersengaja berdoa di waktu, keadaan dan tempat yang besar kemungkinan diijabahnya secara sempurna. Diantara waktu yang mustajab adalah antara zuhur dan ashar di hari Rabu”.

Syaikh Al Albani juga berkata:

لولا أَنَّ الصحابي – رضي الله عنه – أفادنا أَنَّ دعاء الرسول صلى الله عليه وسلم في ذلك الوقت من يوم الأربعاء كان مقصوداً – والشاهد يرى ما لا يرى الغائب، وليس الخبر كالمعاينة – لولا أَنَّ الصحابيّ أخبَرنا بهذا الخبر؛ لكنّا قُلْنا هذا قد اتفق لرسول الله صلى الله عليه وسلم أَّنه دعا فاستجيب له في ذلك الوقت من ذلك اليوم؛ لكن أَخَذَ هذا الصحابي يعمل بما رآه من رسول الله صلى الله عليه وسلم يوماً ووقتاً ويستجاب له؛ إِذاً هذا أمرٌ فهمناه بواسطة هذا الصحابي وأَنّه سنّةٌ تعبدية لا عفوية

“Kalau saja bukan karena Sahabat yang memberikan faedah kepada kita, yakni bahwasannya doa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pada saat itu yang dimaksud adalah hari Rabu (dimana tentunya yang menyaksikan langsung tidaklah sama seperti orang yang tidak hadir langsung), maka kami akan katakan bahwa hanya kebetulan saja Rasulullah diijabah doanya di hari Rabu.

Namun ketika sahabat Jabir ini mengamalkan juga apa yang dilihatnya dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, pada hari dan waktu yang sama, kemudian juga dikabulkan. Maka perkara ini kita pahami melalui perantaraan beliau bahwa amalan ini sunnah ta’abudiyah bukan kebetulan saja” (Syarh Shahih Al Adabul Mufrad karya Syaikh Husain Al Awaisyah, 2/380-381).

Namun memang, sebagian ulama berpendapat bahwa andai haditsnya hasan, tidak menunjukkan bahwa dianjurkan berdoa antara zuhur dan ashar di hari Rabu. Karena itu hanya perkara yang kebetulan saja. Namun ini sudah dijawab oleh Syaikh Al Albani rahimahullah di atas.

Wallahu a’lam.

⁣⁣Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telpon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
©️ Pesantren Al Hilal Copyright Picture⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣

Perputaran Hidup

Hidup ini berputar. Kadang diatas kadang dibawah. Saat berada dititik terbawah kita perlu menumbuhkan rasa syukur agar tetap bahagia dan ikhlas menjalani hidup. Sesulit apapun, Allah tidak pernah meninggalkan kita.⁣

Begitupun saat kita berada diatas, kita harus lebih banyak bersyukur atas nikmat yang berlimpah karena telah diberikan kecukupan. Semakin banyak bersyukur, maka keberkahannya semakin Allah tambah nikmatnya.⁣

Terkadang, kita ingin memberi bukan karena kita orang kaya, tapi kita tahu bagaimana rasanya saat kita mengalami kekurangan.⁣

Sahabat Al Hilal, yuk saling berbagi saat lapang maupun sempit. Saling membahagiakan dengan harta yang kita miliki. Meringankan kesulitan orang lain, membantu kekurangan orang lain, InsyaAllah akan Allah ganti dengan yang lebih berkah dan melimpah.⁣

Yuk sedekah sekarang juga! Sedekah bisa melalui:⁣
Rekening Sedekah Al Hilal⁣
Bank Mandiri⁣⁣⁣
🏧 1320012549953⁣⁣
A.n YAYASAN AL HILAL ⁣RANCAPANGGUNG⁣⁣

⁣⁣Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.alhilal.or.id⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telpon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

Apabila Kita Di Dekati Orang Baik

LAZ AL HILAL – Bagaimana sikap kita bila kita didekati oleh orang baik? Mungkin disana selama ini ada orang-orang baik yang bersabar mencoba mendekati sahabat al hilal sedikit-demi-sedikit, mendakwahi anda, dan mengajak anda untuk hijrah.

Namun sahabat al hilal selalu bimbang, naik-turun, tarik-ulur, dan akhirnya anda memutuskan untuk menjauhi mereka.

Ketahuilah, bahwa mereka tidak rugi sama sekali dengan menjauhnya anda. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (QS. Yusuf: 90).

Bahkan semoga mereka termasuk umat terbaik karena telah berusaha berdakwah. Allah ta’ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran: 110).

Bahkan mereka mendapat banyak keutamaan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya, serta semua makhluk di langit dan bumi, bahkan semut-semut dalam lubangnya serta ikan-ikan (di lautan), bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (HR At-Tirmidzi no. 2685, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Mereka mendapat ini semua, walaupun objek dakwahnya tetap tidak mendapat hidayah. Karena tentu hidayah taufik itu hanya di tangan Allah. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

” Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al Qashash: 56).

Jadi, mereka tidak rugi sama sekali dengan menjauhnya anda.

Justru anda yang tidak bersabar dengan seruan dan dakwah mereka yang mengajak anda kepada kebaikan, dan anda lebih memilih sesuatu yang lebih enak dan lezat bagi hawa nafsu anda, andalah yang merugi. Allah ta’ala berfirman:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (QS. Al Kahfi: 28).

Berpalingnya anda tidak bermudarat pada mereka dan tidak bermudarat bagi agama sedikitpun. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta orang-orang yang memusuhi Rasul, setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka” (QS. Muhammad: 32).

Yuk, mulai dari sekarang jika ada orang-orang baik yang berusaha untuk mengajak kita pada kebaikan, mengajarkan kita akidah yang shahih dan agama yang benar sesuai Sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, JAGA mereka. Jangan kita lepaskan sedikitpun.

Semoga Allah bermanfaat:)

Dosa Syirik Tidak Akan Diampuni oleh Allah Ta’ala?

LAZ Al Hilal – Apakah dosa syikir tidak akan diampuni oleh Allah SWT? Di antara bahaya kesyirikan yang membuatnya menjadi perkara paling berbahaya bagi setiap manusia adalah bahwa orang yang meninggal dalam keadaan membawa dosa selain syirik maka bisa jadi Allah adzab atau bisa jadi Allah ampuni. Adapun dosa syirik, maka tidak Allah ampuni. Sebagai mana firman Allah Ta’ala:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)

Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata tentang ayat ini:

وقد دلت هذه الآية الكريمة على أن جميع الذنوب التي دون الشرك تحت مشيئة الله سبحانه، وهذا هو قول أهل السنة والجماعة، خلافا للخوارج والمعتزلة ومن سلك مسلكهما من أهل البدع

“Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa seluruh dosa selain syirik itu di bawah kehendak Allah Subhaanahu. Ini adalah keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah. Berbeda dengan keyakinan Khawarij dan orang-orang yang mengikuti manhaj Khawarij dari kalangan ahlul bid’ah” (Majmu’ Fatawa Mutanawwi’ah, 10/70).

Allah Ta’ala juga berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang berbuat syirik terhadap Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72).

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini:

أي فقد أوجب له النار وحرم عليه الجنة كما قال تعالى ” إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء”

“Maksudnya, Allah wajibkan mereka (orang yang berbuat syirik) masuk neraka dan Allah haramkan mereka masuk surga. Sebagaimana Allah juga berfirman (yang artinya): Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (Tafsir Ibnu Katsir).

Sebagaimana juga dijelaskan dalam hadits dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الظلمُ ثلاثةٌ ، فظُلمٌ لا يغفرُهُ اللهُ ، وظلمٌ يغفرُهُ ، وظلمٌ لا يتركُهُ ، فأمّا الظلمُ الذي لا يغفرُهُ اللهُ فالشِّركُ ، قال اللهُ : إِنَّ الْشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ، وأمّا الظلمُ الذي يغفرُهُ اللَّهُ فَظُلْمُ العبادِ أنفسُهمْ فيما بينهُمْ وبينَ ربِّهمْ ، وأمّا الظلمُ الّذي لا يتركُهُ اللهُ فظُلمُ العبادِ بعضُهمْ بعضًا حتى يَدِينَ لبعضِهِمْ من بعضٍ

“Kezaliman ada tiga: kezaliman yang tidak Allah ampuni, kezaliman yang Allah ampuni dan kezaliman yang tidak mungkin dibiarkan oleh Allah.

Adapun kezaliman yang tidak Allah ampuni, itu adalah kesyirikan. Allah berfirman: kesyirikan adalah kezaliman yang paling fatal.

Adapun kezaliman yang Allah ampuni adalah kezaliman seorang hamba pada dirinya sendiri, antara ia dengan Allah.

Adapun kezaliman yang tidak mungkin dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman hamba pada orang lain sampai kezaliman tersebut terbayar.” (HR. Abu Daud)

Allah Ampuni Pelaku Kesyirikan Yang Bertaubat
Ayat-ayat dan hadits di atas adalah mengenai orang yang mati dalam keadaan belum bertaubat dari kesyirikan. Maka mereka wajib diadzab di neraka. Adapun orang yang sudah bertaubat dari kesyirikan, tetap Allah Ta’ala ampuni. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az Zumar: 53).

Sebagaimana dalam hadits dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن مات لا يشركُ باللهِ شيئًا دخل الجنةَ ، ومَن مات يشركُ باللهِ شيئًا دخل النارَ

“Barangsiapa yang mati, tanpa berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, ia masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik, maka ia masuk neraka” (HR. Muslim no. 93).

Hadits ini menunjukkan ancaman neraka itu bagi orang yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik. Syaikh As Sa’di menjelaskan surat An Nisa ayat 48 di atas:

وهذه الآية الكريمة في حق غير التائب، وأما التائب، فإنه يغفر له الشرك فما دونه كما قال تعالى: { قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا } أي: لمن تاب إليه وأناب.

“Ayat yang mulia ini bicara tentang orang yang belum bertaubat. Adapun orang yang sudah bertaubat dari kesyirikan, maka Allah ampuni dosa syiriknya dan dosa lainnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya): Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(QS. Az Zumar: 53), yaitu bagi orang yang bertaubat dan berinabah” (Tafsir As Sa’di).

Sebagaimana para sahabat Nabi ridhwanullah ‘alaihim ‘ajma’in, dahulu mereka berada dalam kesyirikan di masa jahiliyyah. Namun mereka telah menerima Islam dan bertaubat dari kesyirikan, kemudian menjadi orang-orang yang Allah ridhai. Allah berfirman tentang para sahabat Nabi:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100).

Menunjukkan bahwa orang yang bertaubat dari kesyirikan sebelum ajalnya, akan Allah ampuni dosanya, bahkan menjadi orang yang lebih mulia.

Pelaku Kesyirikan Ada Dua Macam
Berdasarkan hadits Jabir di atas, orang yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik, wajib masuk neraka. Namun keadaan mereka dirinci. Jika kesyirikan yang mereka lakukan adalah syirik ashghar maka mereka akan dikeluarkan dari neraka, karena syirik ashghar tidaklah menafikan tauhid secara total. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan:

كل عمل قولي أو فعلي أطلق عليه الشارع وصف الشرك لكنه لا ينافي التوحيد منافاة مطلقة

“Syirik ashghar adalah setiap amalan, baik berupa perkataan atau perbuatan, yang disebut sebagai kesyirikan oleh syariat, atau disifati dengan kesyirikan, namun tidak menafikan tauhid secara total” (Syarah Kasyfusy Syubuhat dan Al Ushul As Sittah, hal. 115).

Sedangkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يَخْرُجُ مِن النارِ مَن قال: لا إلهَ إلا اللهُ ، وفي قلبِه وزنُ شعيرةٍ مِن خيرٍ ، ويَخْرُجُ مِن النارِ مَن قال: لا إله إلا الله ، وفي قلبِه وزنُ بُرَّةٍ مِن خيرٍ ، ويَخْرُجُ مِن النارِ مَن قال: لا إلهَ إلا اللهُ ، وفي قلبِه وزنِ ذرَّةٍ مِن خيرٍ

“Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di dalam hatinya ada sebiji gandum kebaikan. akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di dalam hatinya ada sebiji burr kebaikan. akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di dalam hatinya ada sebiji sawi kebaikan” (HR. Bukhari no. 44).

Maka orang yang mati dalam keadaan membawa dosa syirik, wajib diadzab di neraka sebagaimana ditunjukkan oleh ayat-ayat dan hadits-hadits. Namun jika kesyirikan yang ia lakukan adalah syirik ashghar, mereka tidak kekal di neraka. Adapun jika syirik akbar –wal ‘iyyadzu billah– maka mereka kekal di neraka. Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz Al Qar’awi rahimahullah menjelaskan:

من مات على الشرك دخل النار فإن كان شركا أكبر خلد فيها و إن كان شركا أصغر عذب ما شاء الله له أن يعذب ثم يخرج

“Orang yang mati membawa dosa syirik maka ia masuk neraka. Jika syiriknya syirik akbar maka ia kekal di neraka, jika syiriknya syirik asghar maka ia diadzab sesuai kehendak Allah kemudian ia dikeluarkan dari neraka” (Al Jadid Syarah Kitab At Tauhid, 59).

Semoga Allah menjauhkan kita dari kesyirikan dan menjauhkan kita dari adzab neraka. Wabillahi at taufiq wa sadaad.

Sempurnakan Akhir Tahun Dengan Keberkahan Zakat

Tak terasa kita sudah berada diakhir penghujung tahun 2020 padahal rasanya baru saja kemarin kita masuk awal tahun 2020, namun tinggal menghitung hari kita akan memasuki awal tahun 2021.⁣

Sahabat Al Hilal, tahukah kalian bahwa Rosulullah SAW. Menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah dan berdo’a ketika memasuki awal tahun, dengan harapan tahun berikutnya akan jadi lebih baik lagi dibanding tahun ini. Karena jika tahun esok masih sama seperti tahun ini, artinya kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang merugi.⁣

Nah sahabat Al Hilal sekalian, ada banyak cara untuk bersedekah. Salah satunya adalah dengan menunaikan zakat. Dengan membayar zakat artinya kita sedang membersihkan hati dan jiwa kita dari noda-noda dosa. Ayo tunaikan zakat akhir tahun di Laz Al Hilal!⁣

⁣⁣⁣Rekening Zakat Al Hilal⁣⁣⁣⁣
Bank Mandiri⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🏧 ⁣1320017187460⁣⁣⁣⁣
A.n YAYASAN AL HILAL ⁣RANCAPANGGUNG⁣⁣⁣⁣⁣

⁣⁣Informasi & Call Center⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
🌐 Website: www.alhilal.or.id⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
☎ Telpon: 022-2005079⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
📱 WA: 081 2222 02751⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
©️ Laz Al Hilal Copyright Picture

×