LAZ Al Hilal, Bandung – Sahabat Al Hilal manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak semata-mata hanya untuk mendiami muka bumi dan merusak apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi untuk menjaga segala amanah Allah di bumi sambil terus beribadah kepada-Nya.
Namun tentunya tidak mudah untuk melakukan yang demikian itu. Sebabnya, setan selalu ada untuk menggoda manusia. Maka, apabila tidak disertai dengan keimanan dan kehati-hatian, manusia akan mudah terperangkap dalam jebakan setan.
Untuk selalu berhati-hati, alangkah baiknya apabila kita mengetahui beberapa cara setan menyesatkan manusia. Di antaranya yaitu menimbulkan rasa was-was.
Seorang yang telah diserang rasa was-was, maka ia akan ragu-ragu dalam setiap aktivitasnya. Akibatnya, rasa tersebut akan merusak tingkat keimanan seseorang kepada Allah SWT dan segala yang berkaitan dengan iman.
Sebagaimana penjelasan dalam Surat an-Naas yang artinya, “Katakanlah, ‘aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.” Dan empat langkah inilah yang menjadi langkah setan dalam menyesatkan manusia menurut Ibnul Qayyim rahimahullah. Dalam Badaa-i’ Al-Fawaid (2:816), Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Hendaknya menahan diri dari pandangan yang tak bisa terjaga, banyak bicara, banyak makan, dan banyak bergaul. Hal-hal ini merupakan empat pintu setan dalam menguasai manusia dan jalan setan mencapai tujuannya. Enggan menundukkan pandangan akan mengantarkan pada menganggap baik (istihsan), yang dilihat akan menancap dalam hati, pikiran pun akan sibuk membayangkannya, hingga berpikiran agar tercapai tujuan.”
Empat hal ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam poin kesepuluh setelah menyebutkan sembilan kaidah bermanfaat untuk melindungi hamba dari setan dan menyelamatkan dari gangguannya. Lihat Badaa-i’ Al-Fawaid, 2:809-816.
- Banyak memandang
Contohnya adalah memandang lawan jenis. Dalam surah An-Nuur sendiri diperintahkan untuk menundukkan pandangan,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nuur: 30)
- Banyak bicara
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah yang baik, ataukah diam.” (HR. Bukhari, dan Muslim)
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Semoga ibumu kehilanganmu! (Kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.’” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
- Banyak makan
Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda
“Tidak ada tempat yang lebih jelek daripada memenuhi perut keturunan Adam. Cukup keturunan Adam mengonsumsi yang dapat menegakkan tulangnya. Kalau memang menjadi suatu keharusan untuk diisi, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).
- Banyak bergaul
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad) Adapun bergaul ada beberapa bentuk menurut Ibnul Qayyim dalam Badaai’ Al-Fawaid:
- Bergaul seperti orang yang membutuhkan makanan, terus dibutuhkan setiap waktu, contohnya adalah bergaul dengan para ulama.
- Bergaul seperti orang yang membutuhkan obat, dibutuhkan ketika sakit saja, contohnya adalah bentuk muamalat, kerja sama, berdiskusi, atau berobat saat sakit.
- Bergaul yang malah mendapatkan penyakit, misalnya ada penyakit yang tidak dapat diobati, ada yang kena penyakit bentuk lapar, ada yang kena penyakit panas sehingga tak bisa berbicara.
- Bergaul yang malah mendapatkan racun, contohnya adalah bergaul dengan ahli bid’ah dan orang sesat, serta orang yang menyesatkan yang lain dari jalan Allah yang menjadikan sunnah itu bid’ah atau bid’ah itu menjadi sunnah, menjadikan perbuatan baik sebagai kemungkaran dan sebaliknya.