Dari hadits riwayat Muslim di atas, maka keikhlasan dalam beramal menjadi hal yang sangat penting. Betapa pun seorang hamba mati di medan jihad, berilmu dan membaca al-Qur’an, bahkan dikenal karena kedermawanannya, tapi jika tidak disertai dengan keikhlasan, maka menjadi sia-sialah amalnya.
Ternyata kata ikhlas, bukan karena bibir ini berucap ikhlas. Atau bahkan tidak berucapkan ikhlas. Boleh jadi, tanpa kita sadari, keikhlasan kita bercampur dengan riya’ dan ingin menunjukkan bahwa kita adalah seorang yang pemberani, yang berilmu, dan dermawan.
Riya’ itu berasal dari kata ru’yah (melihat), sedanghkan sum’ah (ketenaran) berasal dari kata Samaa’ (mendengar). Riya’ adalah ingin dilihat orang-orang supaya mendapat kedudukan. Riya’ itu tersamar seperti jalannya semut. Termasuk riya’, yaitu orang yang berpura-pura zuhud, berjalan memaksa diri untuk bersikap tenang dan bersikap lemah-lembut. Dalam ringkasan Ihya Ulumuddin, Imam al Ghazali menegaskan, riya itu haram dan pelakunya dibenci oleh Allah Swt.
Orang bijak berkata, “Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya, seperti dia menyembunyikan kejelekannya. Keikhlasan niat dalam amalmu lebih bermakna daripada amal itu sendiri.”
Ma’ruf al-Karkhi sampai memukul dirinya sendiri sambil berkata, “Wahai jiwa, ikhlaslah! Maka kamu akan bahagia.”
Yahya bin Mu’adz berkata, “Ikhlas adalah memisahkan amal dari cacat seperti terpisahnya susu dari kotoran dan darah.”
Yusuf bin Husain berkata, “Sesuatu yang paling mulia di dunia ini adalah ikhlas. Berapa besar kesungguhanku untuk mengeluarkan pamer dari dalam hati, namun sepertinya ia menetap di hati dalam bentuknya yang lain.”
Setiap kali Ayyub as-Sakhtiyani berbicara, ia mengusap wajahnya sambil berkata, “Aku terserang demam.” Padahal ia takut pamer dan ujub. Dia takut kalau orang-orang berkata tentang dirinya seperti ini. Dia menangis karena takut pada Allah.
Seorang ulama mengatakan, “Jika Allah tidak suka kepada seseorang, maka Allah memberinya tiga hal dan menghalanginya dari tiga hal. Pertama, Allah memberi dia teman yang saleh, namun dirinya tidak menjadi orang saleh. Kedua, Allah memberi dia amal saleh, namun dia tidak ikhlas menjalankannya. Ketiga, Allah memberi dia hikmah, namun dia tidak mempercayainya.”
Informasi & Call Center
🌐 Website: www.pesantrenalhilal.com
☎ Telpon: 022-2005079
📱 WA: 081 2222 02751
©️ Pesantren Al Hilal Copyright Picture