Hidup di usia senja dengan tubuh yang telah ringkih termakan usia, tentu bukanlah perkara yang udah untuk dilalui.
Selain kemampuan secara fisik yang telah menurun seiring bertambahnya umur, kondisi kesehatan pun harus dijaga agar tidak mudah terkena penyakit. Disini, peran keluarga sangat besar untuk membantu mewujudkan semua hal tersebut.
Sayangnya, hal semcama itu nampaknya tak bisa dinikmati dengan bebas oleh sosok perempuan yang satu ini.
Di penghujung usianya yang semakin redup, ia harus berjuang sendirian terombang-ambing kerasnya kehidupan. Yang miris, dirinya yang didera kemiskinan dan hidup sebatang kara, terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Seorang perempuan lanjut usia di Kabupaten Bandung, Jawa Barat hidup memprihatinkan di gubuk reyot di Kampung Sukaratu RT/RW 03/08 Liang Meong Celak. Pipih atau Ipih yang hidup di desa kesehariannya buruh dan bertani dia hidup sebatang kara sudah tidak punya orang tua ,suami maupun anak. Dalam kesehariannya ia selalu dengan kondisi rumah bilik beralas rotan dengan dapur yang sudah rapuh.
Dilihat secara keseluruhan, rumah itu jauh dari kesan layak huni. Dinding bilik bambu sudah lapuk dan berlubang, bahkan dinding kamarnya sudah jebol. Di umurnya yang telah menginjak renta, ipih harus bekerja keras banting tulang seorang diri demi kelangsungan hidupnya. Usianya yang tak lagi muda, tak menyutuan langkahnya untuk bergerak demi sesuap nasi. Pekerjaan halal apapun dilakukan olehnya agar perutnya tak terlilit oleh rasa lapar.
Setelah sekian lama menanggung beban penderitaan dalam kesunyian hidupnya, ipaih kini bisa tersenyum dengan tenang. Pasalnya, Laz Al hilal memberikan bantuan yang selama ini tak terpikiran oleh dirinya. Laz memberikan bantuan berupa beras untuk ipah. Upaya dalam meringankan beban hidup sehri-harinya.